
Marwa Al-Sabouni, seorang arsitek berbakat asal Suriah, telah menjadi suara yang berpengaruh dalam dunia arsitektur kontemporer. Melalui karya-karyanya yang inovatif dan pemikirannya yang mendalam, Al-Sabouni menghadirkan perspektif unik tentang peran arsitektur dalam membangun kembali masyarakat pasca konflik. Pengalamannya hidup di tengah perang saudara Suriah telah membentuk visinya tentang bagaimana desain perkotaan dapat mendorong kerukunan sosial.
Artikel ini akan mengulas perjalanan karir luar biasa Marwa Al-Sabouni, mulai dari latar belakang pendidikannya hingga karya-karya monumentalnya yang menginspirasi. Pembaca juga akan mendalami pandangan Al-Sabouni mengenai arsitektur Islam, pengembangan perkotaan, dan perannya dalam mengatasi krisis perumahan. Selain itu, artikel ini akan membahas bagaimana ide-ide Al-Sabouni tentang ruang komunitas dan perencanaan kota telah memberi pengaruh pada diskusi global seputar arsitektur dan pembangunan berkelanjutan.
Latar Belakang dan Pendidikan Marwa Al-Sabouni
Masa Kecil di Homs
Marwa Al-Sabouni lahir pada 18 September 1981 di kota Homs, Suriah. Masa kecilnya dihabiskan di kota yang kemudian akan menjadi pusat konflik dalam perang saudara Suriah. Al-Sabouni tumbuh di lingkungan yang kurang memiliki ruang terbuka dan fasilitas budaya. Ia mengamati bahwa di sekitar tempat tinggalnya tidak ada taman atau ruang budaya yang berfungsi dengan baik. Pengalaman ini kelak akan membentuk pandangannya tentang pentingnya perencanaan kota yang baik.
Pendidikan Arsitektur
Meskipun di Suriah mahasiswa dengan nilai tertinggi biasanya memilih kedokteran, Al-Sabouni memutuskan untuk menekuni arsitektur. Ia menempuh pendidikan sarjana dan doktoral di bidang arsitektur. Selama masa studinya, Al-Sabouni menghadapi tantangan dalam memperoleh referensi. Pelatihan sarjananya melibatkan penyalinan gaya Barat, seperti rumah-rumah Amerika di Cape Cod, dari buku-buku perpustakaan.
Al-Sabouni berhasil meraih gelar doktor dalam arsitektur Islam dan filsafat arsitektur dari Universitas Al-Baath di Homs, Suriah. Disertasi doktoralnya berjudul "Stereotyping in Islamic Architecture" dan mendapat perhatian di situs deconarch.com. Pencapaian akademis ini menjadi landasan kuat bagi karirnya di bidang arsitektur.
Pengaruh Frank Lloyd Wright
Dalam perjalanan karirnya, Al-Sabouni menemukan inspirasi dari arsitek terkenal Frank Lloyd Wright. Ia mengagumi pendekatan Wright yang menggunakan pengaruh seni dan desain Jepang dengan cara yang cerdas dan peka terhadap konteks lokal. Pengaruh Wright ini terlihat dalam filosofi desain Al-Sabouni yang menekankan pentingnya memahami dan menghormati konteks lokal dalam arsitektur.
Meskipun terinspirasi oleh Wright, Al-Sabouni tetap realistis tentang prospek karirnya. Ia pernah berkomentar kepada The Guardian, "Saya tidak berpikir saya akan menjadi Zaha Hadid berikutnya. Meskipun harapan itu buta, ia selalu berhasil memasuki hati seseorang, termasuk hati saya." Pernyataan ini mencerminkan kerendahan hati dan tekad Al-Sabouni dalam menghadapi tantangan di bidang arsitektur.
Latar belakang dan pendidikan Al-Sabouni membentuk fondasi yang kuat untuk karirnya sebagai arsitek dan penulis. Pengalamannya hidup di Homs selama perang saudara Suriah memberikan perspektif unik yang kemudian ia tuangkan dalam karya-karyanya, termasuk buku memoar bestseller-nya, "The Battle for Home".
Karya-Karya Monumental Marwa Al-Sabouni
Buku 'The Battle for Home'
Marwa Al-Sabouni menulis memoar bestseller-nya, "The Battle for Home", di tengah berkecamuknya perang saudara di sekitarnya. Buku ini menjadi karya monumental yang mengeksplorasi peran arsitektur dalam menciptakan kota yang berkelanjutan dan damai. Al-Sabouni menggunakan perspektif uniknya sebagai arsitek dan penduduk Homs untuk menggambarkan bagaimana struktur kota berkontribusi pada kejatuhannya.
Melalui goresan tangan sederhana, Al-Sabouni menggambarkan kehidupan di Kota Tua Homs, landmark di Suriah, bahkan protes yang terjadi. Ia meninjau "serangkaian perang tersembunyi kecil" yang mempengaruhi konflik sebenarnya melalui kilas balik. Al-Sabouni menggambarkan Kota Tua Homs dengan Souk-nya yang hidup sebagai "museum hidup arsitektur kuno" - tempat pertukaran barang, jasa, kepercayaan, dan ide selama beberapa dekade.
Buku ini mengungkapkan bagaimana perencanaan kota yang salah arah dan korup telah merobek struktur perkotaan dan sosial kota-kota kuno Suriah, menciptakan kondisi kekerasan antar komunitas yang terpisah. Al-Sabouni berpendapat bahwa kota-kota harus menawarkan rasa memiliki bersama, melampaui perbedaan agama dan kelas, jika ingin menjadi "rumah".
Desain Rekonstruksi Baba Amr
Salah satu karya monumental Al-Sabouni adalah rencananya untuk membangun kembali distrik Baba Amr di Homs. Ia memilih Baba Amr karena mengalami masalah ganda sebagai pemukiman informal dan daerah yang hancur di tengah kota yang dilanda perang. Rencananya memenangkan tempat pertama di tingkat nasional dalam kompetisi UN-Habitat "Urban Revitalization of Mass Housing" pada tahun 2013.
Al-Sabouni mengusulkan "Unit Pohon" yang tumbuh secara fleksibel, terinspirasi oleh kota-kota tua Suriah dengan efek bayangan dan cahayanya, serta pertimbangan sosial dan iklim. Desainnya mencakup unit pohon yang berisi toko dan ruang komunitas di batang, serta apartemen di cabang-cabangnya. Pendekatan ini bertujuan untuk memulihkan kohesi sosial dan rasa identitas.
Portal Berita Arsitektur Arab
Selain karya-karya arsitekturnya, Al-Sabouni bersama suaminya mengelola portal pertama dalam bahasa Arab untuk berita arsitektur, "Arabic Gate for Architectural News". Portal ini memenangkan Penghargaan Kerajaan Kuwait untuk proyek media terbaik di Dunia Arab pada tahun 2010. Inisiatif ini mencerminkan komitmen Al-Sabouni untuk menyebarluaskan pengetahuan arsitektur di dunia Arab dan mendorong diskusi tentang peran arsitektur dalam masyarakat.
Melalui karya-karya monumentalnya, Marwa Al-Sabouni terus mengadvokasi pendekatan arsitektur yang mengutamakan komunitas dan menghormati konteks lokal. Visinya untuk membangun kembali kota-kota Suriah didasarkan pada pembelajaran dari masa lalu, bukan nostalgia buta, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang mendorong rasa memiliki dan harmoni sosial.
Pandangan Marwa tentang Peran Arsitektur dalam Masyarakat
Arsitektur sebagai Pemersatu
Marwa Al-Sabouni memandang arsitektur sebagai faktor penting dalam menciptakan rasa memiliki dan kebersamaan di masyarakat. Ia menekankan bahwa lingkungan binaan harus menawarkan dua hubungan utama: rasa memiliki dan berbagi. Menurutnya, memiliki rasa memiliki terhadap suatu tempat berarti peduli dan bersedia berbagi dengan orang lain, yang juga berarti harus peduli terhadap mereka. Al-Sabouni berpendapat bahwa kota-kota Islam kuno di Suriah dibangun dengan cara yang memungkinkan orang-orang dari berbagai latar belakang hidup dan bekerja berdampingan, menciptakan rasa kebersamaan yang luar biasa.
Dalam pandangannya, arsitektur tradisional Suriah telah memupuk kehidupan yang penuh toleransi, kedamaian, dan koeksistensi. Bukti pernyataan ini dapat ditemukan di mana-mana, mulai dari lingkungan yang saling terkait erat hingga masjid dan gereja yang dibangun berdampingan, hingga detail-detail kecil seperti pintu depan yang proporsional yang bersarang di tengah aroma bunga melati dan pohon lemon yang menyejukkan di gang-gang yang teduh.
Kritik terhadap Arsitektur Modern
Al-Sabouni mengkritik pendekatan arsitektur modern yang telah diterapkan di Suriah sejak era kolonial. Ia berpendapat bahwa kebijakan perkotaan yang diimpor, terutama selama kolonisasi Prancis, telah mengubah struktur kota-kota Suriah secara drastis. Lingkungan baru yang dibangun menciptakan pemisahan berdasarkan kelas dan agama, yang akhirnya berkontribusi pada terciptanya antagonisme di antara masyarakat.
Menurut Al-Sabouni, pembangunan modern telah menghancurkan nilai-nilai yang dulu dibagikan dan dihidupi di Kota Tua, serta memutus ikatan yang mengikat komunitas mereka satu sama lain dan dengan kota. Ia menyoroti bahwa pendekatan perencanaan kota modern, yang memisahkan masyarakat berdasarkan kelas, kepercayaan, atau kemakmuran, telah menciptakan atmosfer yang sempurna untuk perang saudara.
Visi Pembangunan Kembali Suriah
Dalam visinya untuk membangun kembali Suriah, Al-Sabouni menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendorong interaksi manusia dan ikatan sosial. Ia mengusulkan pendekatan yang terinspirasi oleh kota-kota tua Suriah, dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti bayangan, cahaya, dan pertimbangan sosial serta iklim.
Al-Sabouni menyarankan untuk membangun lingkungan campuran yang mencakup apartemen, halaman pribadi, toko, bengkel, ruang untuk parkir dan bermain, serta area yang teduh dan hijau. Ia juga menekankan pentingnya menghubungkan kembali masyarakat dengan alam dan menciptakan ruang-ruang yang memungkinkan orang untuk berinteraksi dan membangun hubungan bertetangga yang kuat.
Dalam upaya rekonstruksi, Al-Sabouni menekankan pentingnya memahami dan menghormati konteks lokal. Ia mengadvokasi penggunaan bahan bangunan lokal dan interpretasi pola tradisional dengan cara yang modern, bukan sekadar meniru masa lalu secara buta. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang mendorong rasa memiliki dan harmoni sosial, sambil tetap menghormati warisan budaya dan sejarah Suriah.
Kesimpulan
Perjalanan karir Marwa Al-Sabouni memperlihatkan kekuatan arsitektur untuk menciptakan perubahan sosial yang positif. Visinya tentang lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan memiliki pengaruh besar pada diskusi global seputar perencanaan kota dan rekonstruksi pasca-konflik. Melalui karyanya, Al-Sabouni terus mendorong kita untuk mempertimbangkan kembali bagaimana kita membangun dan menghidupkan kembali komunitas kita.
Pandangan Al-Sabouni tentang peran arsitektur dalam masyarakat menawarkan harapan untuk masa depan yang lebih cerah. Dengan menekankan pentingnya rasa memiliki dan kebersamaan, ia mengingatkan kita bahwa bangunan dan ruang yang kita ciptakan bisa menjadi kekuatan pemersatu. Dalam dunia yang sering terpecah-belah, ide-ide Al-Sabouni menunjukkan jalan untuk membangun kembali tidak hanya struktur fisik, tapi juga ikatan sosial yang menopang masyarakat yang harmonis.
FAQS
Siapa Marwa Al-Sabouni?
Marwa Al-Sabouni adalah seorang arsitek dan pemikir perkotaan yang lahir dan dibesarkan di Homs, Suriah pada tahun 1981. Ia telah mengabdikan hidupnya untuk studi dan praktik arsitektur, dengan fokus pada peran arsitektur dalam menciptakan kohesi sosial.
Apa kontribusi utama Marwa Al-Sabouni?
Al-Sabouni telah menyebarkan pesan bahwa arsitektur memiliki peran penting dan penyalahgunaan lingkungan perkotaan di Timur Tengah adalah salah satu penyebab ketidakstabilan yang tragis di sana. Ia juga telah merancang proposal untuk membangun kembali distrik Baba Amr di Homs yang hancur akibat perang.
Bagaimana pandangan Marwa Al-Sabouni tentang arsitektur?
Al-Sabouni percaya bahwa arsitek memiliki tugas untuk mendorong kohesi sosial. Ia berpendapat bahwa arsitektur yang memiliki koneksi manusia di pusatnya dapat membantu membangun masyarakat yang lebih damai. Al-Sabouni juga mengadvokasi penggunaan pengaturan spasial Suriah yang lebih tua di mana terdapat kontak konstan di antara berbagai kelas dan kelompok etnis.
Apa buku-buku yang ditulis oleh Marwa Al-Sabouni?
Marwa Al-Sabouni telah menulis dua buku:
"The Battle for Home: The Vision of a Young Architect in Syria" (2016) - sebuah memoar yang menganalisis bagaimana arsitektur dan perencanaan kota telah berperan dalam memicu kekerasan dan konflik sipil.
"Building for Hope" - buku keduanya yang membahas tentang pembangunan kembali dan harapan.
Bagaimana pandangan Marwa Al-Sabouni tentang pembangunan kembali Suriah?
Al-Sabouni menyatakan bahwa pembangunan kembali dalam arti yang sebenarnya belum terjadi di mana pun di Suriah. Ia mengkritik kepentingan asing dalam membangun kembali Suriah, terutama negara-negara Teluk yang menampilkan diri mereka sebagai pemangku kepentingan utama. Al-Sabouni menekankan perlunya mencari mode alternatif untuk membangun kembali yang mengutamakan penciptaan rumah, rasa memiliki, dan hubungan bertetangga di atas keuntungan pribadi.
Apa penghargaan yang telah diterima oleh Marwa Al-Sabouni?
Marwa Al-Sabouni menerima Penghargaan Prince Claus pada tahun 2018 atas kontribusinya dalam bidang arsitektur dan pemikiran perkotaan.
Bagaimana Marwa Al-Sabouni menghubungkan arsitektur dengan konflik?
Dalam bukunya, Al-Sabouni menganalisis bagaimana arsitektur dan perencanaan kota telah berperan dalam memicu kekerasan dan konflik sipil dengan mendistorsi hubungan masyarakat dan memecah belah masyarakat. Ia berpendapat bahwa kehilangan rumah lebih merusak daripada kehilangan kerabat atau teman, dan penghancuran rumah adalah senjata pemusnah massal yang mengarah pada kehancuran ekonomi, politik, dan pribadi.
Apa visi Marwa Al-Sabouni untuk masa depan arsitektur?
Al-Sabouni mengadvokasi arsitektur yang menghormati warisan budaya Suriah dan berkontribusi untuk membangun kembali negaranya yang rusak sebagai rumah bersama. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendorong interaksi manusia dan ikatan sosial, terinspirasi oleh kota-kota tua Suriah.