Gambar dalam Artikel hanya referensi yang dibuat menggunakan Situs AI

Daftar isi

Menguak Kisah Zarifa Ghafari: Walikota Perempuan Pertama Afghanistan

Invite your friends to join as an Involve Partner & earn an RM5 bonus for each referral. The more friends you refer, the more rewards you stand to earn. It’s simple and hassle-free!

Menguak Kisah Zarifa Ghafari: Walikota Perempuan Pertama Afghanistan

Zarifa Ghafari menjadi sorotan dunia sebagai walikota perempuan pertama di Afghanistan. Kisahnya menggambarkan perjuangan gigih untuk kesetaraan gender di tengah konflik dan ancaman Taliban. Sebagai pemimpin muda di kota Maidan Shar, Ghafari menghadapi tantangan berat dalam upayanya memajukan hak-hak perempuan di negara yang dilanda perang.

Perjalanan Ghafari penuh liku, mulai dari pendirian stasiun radio hingga pengangkatannya sebagai walikota. Artikel ini akan membahas latar belakang Ghafari, rintangan yang dia hadapi sebagai walikota perempuan, dan usahanya memperjuangkan hak-hak perempuan Afghanistan. Selain itu, kita akan melihat dampak karyanya terhadap kesetaraan gender dan bagaimana dia tetap gigih meski menghadapi ancaman pembunuhan dan akhirnya terpaksa meninggalkan negaranya.

Latar Belakang Zarifa Ghafari

Kelahiran dan Pendidikan

Zarifa Ghafari lahir di Kabul pada tahun 1994, sebagai anak pertama dari delapan bersaudara. Ayahnya, Abdul Wasi Ghafari, adalah seorang kolonel Angkatan Darat Afghanistan dan komandan di Korps Operasi Khusus. Meskipun pendidikan awalnya terbatas, Ghafari berhasil menghadiri sekolah rahasia. Setelah jatuhnya pemerintahan Taliban pada tahun 2001, pendidikan menjadi legal baginya.

Ghafari melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Halima Khazan, meskipun harus dilakukan secara diam-diam karena kekhawatiran orang tuanya akan serangan bunuh diri. Ia kemudian mendapatkan beasiswa untuk belajar di Universitas Punjab, Chandigarh, India, di mana ia memperoleh gelar sarjana dan magister di bidang ekonomi.

Karir Awal

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ghafari kembali ke Afghanistan untuk mengabdi pada negara dan rakyatnya. Ia mulai bekerja di berbagai bidang dan menjadi advokat untuk perlindungan dan hak-hak perempuan Afghanistan. Sebagai bagian dari inisiatif ini, Ghafari mendirikan Afghan Women Development and Help Foundation.

Misi utama yayasan ini adalah mendukung perekrutan perempuan ke dalam Angkatan Darat Nasional Afghanistan, terutama bagi gadis-gadis yang kurang beruntung yang tinggal di daerah kumuh dan telah mencapai usia minimum yang sah.

Menjadi Walikota Termuda

Pada Juli 2018, Presiden Ashraf Ghani secara resmi menunjuk Ghafari sebagai walikota Maidan Shahr. Pada usia 24 tahun, ia menjadi walikota termuda di Afghanistan. Namun, pengangkatannya menghadapi tantangan besar. Selama sembilan bulan, Ghafari tidak dapat menjabat karena protes dan ancaman dari politisi lokal terkait usia dan gendernya.

Meskipun menghadapi pelecehan dan intimidasi, termasuk sekelompok pria yang mengepung kantornya pada hari pertama menjabat, Ghafari tetap teguh. Posisinya sebagai walikota perempuan di provinsi Wardak yang konservatif, di mana Taliban memiliki dukungan luas, menjadikannya tokoh yang hampir tidak mungkin bertahan.

Tantangan sebagai Walikota Perempuan

Penolakan dan Ancaman

Zarifa Ghafari menghadapi tantangan berat sebagai walikota perempuan termuda di Afghanistan. Pada hari pertama menjabat di Maidan Shar, sekelompok pria marah mengepung kantornya, memaksanya untuk mengundurkan diri. Penolakan ini menunda Ghafari untuk menjalankan tugasnya selama sembilan bulan. Sebagai pejabat pemerintah dan aktivis perempuan, Ghafari terus-menerus khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya.

Ghafari juga mengalami pelecehan di media sosial. Ia teringat nasihat ayahnya untuk tetap maju menghadapi masyarakat yang sulit. Tantangan lain yang dihadapi Ghafari adalah kehadiran Taliban di wilayahnya. Beberapa koleganya bahkan memiliki hubungan dengan Taliban, termasuk sopirnya sendiri yang terlibat dalam upaya membahayakan keamanannya.

Upaya Pembunuhan

Sebagai salah satu dari sedikit walikota perempuan di Afghanistan, Ghafari menjadi target upaya pembunuhan oleh Taliban. Ia telah selamat dari enam serangan. Dalam salah satu insiden, Ghafari nyaris tewas ketika sekelompok penyerang bersenjata menyerang mobilnya dengan granat roket dan senjata otomatis.

Ancaman tidak hanya ditujukan pada Ghafari, tetapi juga keluarganya. Taliban menembak ayahnya tiga kali di kepala di depan rumah mereka, beberapa minggu setelah upaya pembunuhan terhadap Ghafari gagal. Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi Ghafari dan merupakan penyesalan terbesarnya.

Meskipun menghadapi bahaya setiap hari, Ghafari tetap gigih dalam perannya. Ia menganggap posisinya sebagai hak istimewa untuk melindungi hak-hak perempuan. Namun, pada akhirnya, ancaman yang terus-menerus memaksa Ghafari untuk meninggalkan Afghanistan pada musim panas 2021.

Perjuangan untuk Hak-hak Perempuan

Inisiatif dan Program

Zarifa Ghafari, seorang aktivis sipil yang berani dan berdedikasi, memulai perjuangannya untuk melindungi dan memperjuangkan hak-hak perempuan Afghanistan. Sebagai bagian dari inisiatif ini, ia mendirikan "Afghan Women Development and Help Foundation". Misi utama yayasan ini adalah mengadvokasi perekrutan perempuan ke dalam Angkatan Darat Nasional Afghanistan, terutama bagi gadis-gadis kurang beruntung yang tinggal di daerah kumuh dan telah mencapai usia minimum yang sah.

Ghafari berusaha membangun hubungan yang kuat antara masyarakat dan pemerintah. Ia mendirikan stasiun radio PEGHAL FM di provinsi Wardak untuk menyebarkan informasi tentang hak-hak perempuan, serta meningkatkan kesadaran politik, ekonomi, dan sosial penduduk melalui program siaran yang profesional dan terstandar.

Penghargaan Internasional

Upaya Ghafari dalam memperjuangkan hak-hak perempuan mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 2019, ia masuk dalam daftar 100 perempuan yang menginspirasi dan berpengaruh di dunia versi BBC. Prestasi lainnya termasuk penghargaan "International Women of Courage" dari Departemen Luar Negeri AS pada 4 Maret 2020. Ghafari juga terdaftar dalam "The Badass 50 2020: Women Who Can Change the World" oleh InStyle. Selain itu, ia menerima berbagai penghargaan dan pengakuan dari organisasi-organisasi di dalam negeri.

Melalui berbagai inisiatif dan prestasinya, Ghafari terus berupaya memberdayakan perempuan Afghanistan, mendorong partisipasi mereka dalam berbagai sektor, dan memperjuangkan kesetaraan gender di negaranya.

Kesimpulan

Kisah Zarifa Ghafari menggambarkan perjuangan gigih seorang pemimpin muda untuk kesetaraan gender di Afghanistan. Melalui berbagai rintangan dan ancaman, ia tetap teguh dalam upayanya untuk memberdayakan perempuan dan mendorong perubahan positif. Kegigihannya dalam menghadapi tantangan berat menunjukkan kekuatan dan tekad luar biasa yang dimilikinya.

Meski akhirnya terpaksa meninggalkan negaranya, warisan Ghafari terus menginspirasi. Pengalamannya menyoroti pentingnya mendukung perempuan dalam kepemimpinan dan perlunya perubahan sistemik untuk mencapai kesetaraan gender. Kisah Ghafari juga mengingatkan kita akan perjuangan berkelanjutan untuk hak-hak perempuan di seluruh dunia, terutama di daerah konflik.

FAQS

  1. Siapa Zarifa Ghafari? Zarifa Ghafari adalah walikota termuda Afghanistan yang menjabat di kota Maidan Shahr. Ia dikenal sebagai aktivis hak-hak perempuan yang berani dan mendapat pengakuan internasional atas upayanya memperjuangkan kesetaraan gender di negaranya.

  2. Apa prestasi utama Zarifa Ghafari? Ghafari menerima Penghargaan Hak-hak Perempuan Internasional 2022 di KTT Jenewa PBB. Ia juga masuk dalam daftar 100 perempuan inspiratif dan berpengaruh di dunia versi BBC, serta menerima penghargaan International Woman of Courage dari Departemen Luar Negeri AS.

  3. Bagaimana Ghafari memulai karirnya? Setelah menyelesaikan pendidikan di India, Ghafari kembali ke Afghanistan dan mendirikan Afghan Women Development and Help Foundation. Ia juga mendirikan stasiun radio PEGHAL FM di provinsi Wardak untuk menyebarkan informasi tentang hak-hak perempuan.

  4. Tantangan apa yang dihadapi Ghafari sebagai walikota? Ghafari menghadapi penolakan dan ancaman pembunuhan dari Taliban. Ia selamat dari enam serangan dan ayahnya dibunuh oleh Taliban. Meskipun demikian, Ghafari tetap gigih dalam perannya sebagai walikota.

  5. Bagaimana pandangan Ghafari tentang masa depan Afghanistan? Ghafari percaya bahwa perempuan Afghanistan akan terus berjuang untuk hak-hak mereka. Ia menyatakan, "Jika Taliban punya senjata, kami punya suara kami." Ghafari yakin bahwa perempuan tidak bisa lagi diabaikan di Afghanistan dan generasi muda akan membawa perubahan positif.

Invite your friends to join as an Involve Partner & earn an RM5 bonus for each referral. The more friends you refer, the more rewards you stand to earn. It’s simple and hassle-free!

Posting Komentar

Involve Asia Publisher referral program (CPA)
Involve Asia Publisher referral program (CPA)