
Ameenah Gurib-Fakim menjadi sorotan dunia ketika terpilih sebagai presiden Mauritius pertama yang berasal dari kalangan perempuan pada tahun 2015. Pencapaiannya tidak hanya mendobrak stereotip gender, tetapi juga membawa perspektif baru dalam kepemimpinan negara pulau di Samudera Hindia ini. Sebagai seorang peneliti di bidang biologi dan kimia, Gurib-Fakim memiliki latar belakang unik yang membentuk visinya untuk Mauritius.
Perjalanan Gurib-Fakim menuju kursi kepresidenan penuh dengan tantangan dan prestasi. Artikel ini akan membahas latar belakang pendidikannya, kontribusinya dalam penelitian tanaman obat, dan upayanya melestarikan keanekaragaman hayati. Selain itu, kita juga akan melihat perjuangannya menghadapi diskriminasi, perannya sebagai role model bagi perempuan, serta kontroversi yang akhirnya membuat dia mengundurkan diri dari jabatannya. Kisah Ameenah Gurib-Fakim memberikan gambaran menarik tentang dinamika politik dan sosial di Mauritius.
Latar Belakang Pendidikan Ameenah Gurib-Fakim
Ameenah Gurib-Fakim lahir pada 17 Oktober 1959 di desa Surinam, Mauritius. Ia tumbuh di Plaine Magnien dan menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah Saint-Patrice. Setelah itu, Gurib-Fakim melanjutkan pendidikannya ke Mahébourg Loreto Convent dan menyelesaikan Higher School Certificate di Loreto Convent Quatre Bornes. Perjalanan pendidikannya yang luar biasa mencerminkan tekad dan kecerdasannya yang luar biasa.
Studi di Inggris
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Gurib-Fakim memutuskan untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Ia terbang ke Inggris untuk mengejar gelar sarjana di bidang kimia. Keputusan ini menandai langkah penting dalam perjalanan akademisnya dan membuka pintu untuk peluang yang lebih besar di masa depan.
Gurib-Fakim berhasil meraih gelar BSc dalam bidang Kimia dari University of Surrey pada tahun 1983. Pencapaian ini merupakan tonggak penting dalam karirnya, mengingat pada masa itu hanya sedikit wanita Mauritius yang memiliki kesempatan untuk belajar sains atau bidang lainnya. Prestasi Gurib-Fakim tidak hanya mencerminkan kemampuan akademisnya yang luar biasa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda Mauritius, terutama perempuan, untuk mengejar pendidikan tinggi.
Gelar Ph.D. dalam Kimia
Tidak puas hanya dengan gelar sarjana, Gurib-Fakim melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia menempuh studi doktoral di University of Exeter, Inggris. Fokus penelitiannya adalah kimia organik, sebuah bidang yang akan menjadi landasan penting bagi karirnya di masa depan.
Pada tahun 1987, Gurib-Fakim berhasil menyelesaikan program doktoralnya dan meraih gelar Ph.D. dalam bidang kimia organik dari University of Exeter. Pencapaian ini semakin memperkuat posisinya sebagai ilmuwan muda yang berbakat dan berpotensi besar.
Kembali ke Mauritius
Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya di Inggris, Gurib-Fakim memutuskan untuk kembali ke tanah airnya, Mauritius, pada tahun 1987. Keputusan ini mencerminkan komitmennya untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan di negaranya sendiri.
Setibanya di Mauritius, Gurib-Fakim langsung terjun ke dunia akademik. Ia mulai mengajar kimia organik di University of Mauritius. Selama karirnya di universitas tersebut, Gurib-Fakim tidak hanya berkontribusi sebagai pengajar, tetapi juga menduduki posisi-posisi penting dalam struktur akademik. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sains dan Pro-Wakil Rektor di University of Mauritius.
Latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman internasional Gurib-Fakim memainkan peran penting dalam membentuk karirnya sebagai ilmuwan dan pemimpin. Sebagai seorang ahli kimia organik sintetis, ia mendedikasikan karirnya untuk mempelajari tanaman-tanaman di Mauritius. Pengetahuan dan keahliannya dalam bidang ini nantinya akan menjadi landasan bagi kontribusinya yang signifikan dalam penelitian tanaman obat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Mauritius.
Karir Awal di Bidang Sains
Setelah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Inggris, Ameenah Gurib-Fakim kembali ke Mauritius pada tahun 1987 untuk memulai karirnya di bidang sains. Ia langsung bergabung dengan Universitas Mauritius sebagai dosen kimia organik, menandai awal perjalanan karirnya yang cemerlang di dunia akademik dan penelitian.
Penelitian di Universitas Mauritius
Di Universitas Mauritius, Gurib-Fakim membuktikan dirinya sebagai ilmuwan dan akademisi yang berbakat. Ia tidak hanya mengajar, tetapi juga aktif melakukan penelitian di bidang kimia organik. Dedikasi dan keahliannya membuahkan hasil ketika ia diangkat sebagai Profesor dengan kursi pribadi dalam Kimia Organik pada tahun 2001. Prestasi ini menjadikannya profesor wanita pertama di universitas tersebut.
Selama karirnya di Universitas Mauritius, Gurib-Fakim juga menduduki posisi-posisi penting dalam struktur akademik. Ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Sains dan Pro-Wakil Rektor antara tahun 2004 hingga 2010. Posisi-posisi ini memungkinkannya untuk berkontribusi tidak hanya dalam penelitian, tetapi juga dalam pengembangan kebijakan pendidikan tinggi di Mauritius.
Fokus pada Ethnopharmacology
Salah satu kontribusi penting Gurib-Fakim dalam dunia sains adalah fokusnya pada ethnopharmacology, sebuah bidang yang mempelajari penggunaan tanaman obat tradisional. Sebagai ahli kimia organik, ia mendedikasikan karirnya untuk mempelajari tanaman-tanaman di Mauritius dan potensi medisnya.
Gurib-Fakim menjadi anggota pendiri Pan African Association of African Medicinal Plants dan ikut menulis African Herbal Pharmacopoeia pertama. Karya ini merupakan langkah penting dalam mendokumentasikan dan melestarikan pengetahuan tradisional tentang tanaman obat di Afrika.
Selama karirnya, Gurib-Fakim telah menulis dan menyunting 30 buku, beberapa bab buku, dan artikel ilmiah di bidang konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Kontribusinya yang signifikan dalam bidang ini membuatnya dikenal sebagai peneliti kimia organik terkemuka yang mempelajari penggunaan dan aplikasi tanaman Mauritius dalam kesehatan, nutrisi, dan kosmetik.
Mendirikan CIDP Research & Innovation
Pada tahun 2009, Gurib-Fakim membuka pusat penelitian yang didedikasikan untuk mempelajari efek medis dan nutrisi dari tumbuhan di Mauritius. Pusat penelitian ini kemudian berkembang menjadi CIDP Research & Innovation (sebelumnya dikenal sebagai Cephyr, Centre for Phytotherapy Research).
Gurib-Fakim menjabat sebagai Direktur Pelaksana CIDP Research & Innovation sejak tahun 2011. Di bawah kepemimpinannya, pusat penelitian ini berkembang menjadi lembaga terkemuka dalam penelitian tanaman obat dan pengembangan produk berbasis tanaman.
Sebelum mendirikan CIDP, Gurib-Fakim juga pernah bekerja sebagai Manajer Penelitian di Dewan Riset Mauritius dari tahun 1995 hingga 1997. Pengalaman ini semakin memperkaya pemahamannya tentang lanskap penelitian di Mauritius dan membantu membentuk visinya untuk CIDP Research & Innovation.
Kontribusi dalam Penelitian Tanaman Obat
Ameenah Gurib-Fakim telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam penelitian tanaman obat, terutama yang berasal dari Mauritius. Fokusnya pada ethnopharmacology, sebuah bidang yang mempelajari penggunaan tanaman obat tradisional, telah membawa dampak besar bagi pemahaman kita tentang kekayaan hayati pulau tersebut.
Tanaman Endemik Mauritius
Mauritius memiliki keanekaragaman hayati yang unik, dengan sekitar 677 spesies tanaman yang dapat ditemukan di pulau tersebut. Di antaranya, 277 spesies hanya tumbuh di Mauritius, sementara 147 spesies lainnya hanya ditemukan di Kepulauan Mascarene (Mauritius, Reunion, Rodrigues). Sayangnya, lebih dari sepertiga dari tanaman endemik ini termasuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature dan diklasifikasikan sebagai sangat terancam atau terancam punah.
Gurib-Fakim telah mendedikasikan karirnya untuk mempelajari tanaman-tanaman endemik Mauritius ini. Beberapa tanaman yang menjadi fokus penelitiannya antara lain:
Trochetia boutoniana: Dikenal sebagai bunga nasional Mauritius sejak 1992, tanaman ini sering digambarkan pada perangko Mauritius.
Bois Colophane Batard (Protium obtusifolium): Spesies tanaman dikotil yang termasuk dalam keluarga Burseraceae.
Mandrinette (Hibiscus fragilis): Semak endemik yang sangat langka, hanya ditemukan di lereng curam Gunung Corps de Garde dan Le Morne Brabant di Mauritius.
Hyophorbe amaricaulis: Dikenal sebagai "Loneliest palm", hanya satu spesimen yang masih bertahan hidup di Kebun Raya Curepipe.
Validasi Khasiat Tanaman Obat
Gurib-Fakim tidak hanya meneliti tanaman endemik, tetapi juga berusaha memvalidasi khasiat obat dari tanaman-tanaman tersebut. Penelitiannya telah membantu mengungkap potensi medis dari berbagai tanaman Mauritius.
Banyak tanaman mengandung antioksidan alami, terutama tanin, flavonoid, serta vitamin C dan E, yang memiliki kemampuan untuk menjaga kinerja sel beta dan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Gurib-Fakim telah berkontribusi dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa ini dalam tanaman endemik Mauritius.
Penelitian Peria untuk Diabetes
Salah satu fokus utama penelitian Gurib-Fakim adalah penggunaan tanaman obat untuk mengatasi diabetes. Diabetes merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dan dianggap sebagai epidemi diam abad ke-21.
Dalam penelitiannya, Gurib-Fakim menemukan bahwa banyak tanaman obat memiliki efek anti-diabetes. Efek anti-hiperglikemik yang dihasilkan dari pengobatan dengan tanaman sering disebabkan oleh kemampuan mereka untuk meningkatkan kinerja jaringan pankreas, baik dengan meningkatkan sekresi insulin atau mengurangi penyerapan glukosa di usus.
Peria, salah satu tanaman yang diteliti oleh Gurib-Fakim, telah menunjukkan potensi dalam pengobatan diabetes. Meskipun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya dipahami, penelitian menunjukkan bahwa berbagai komponen herbal seperti fenolat, tanin, saponin, dan alkaloid memiliki sifat anti-diabetes, dengan flavonoid dan komponen fenolik diidentifikasi sebagai komponen utama penurun glukosa darah.
Kontribusi Gurib-Fakim dalam penelitian tanaman obat tidak hanya bermanfaat bagi Mauritius, tetapi juga bagi komunitas ilmiah global. Penelitiannya telah membantu melestarikan pengetahuan tradisional tentang tanaman obat sambil memvalidasi khasiatnya melalui metode ilmiah modern.
Perjuangan Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Ameenah Gurib-Fakim telah lama menjadi pejuang pelestarian keanekaragaman hayati di Mauritius. Sebagai ahli dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, ia memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam untuk kelangsungan hidup manusia. Gurib-Fakim menekankan bahwa keanekaragaman hayati memastikan kelangsungan hidup kita di planet ini, karena kita bergantung padanya untuk obat-obatan, makanan, dan kebutuhan lainnya.
Ancaman terhadap Hutan Mauritius
Salah satu masalah utama yang dihadapi Mauritius adalah hilangnya tutupan hutan asli secara drastis. Gurib-Fakim mengungkapkan bahwa saat ini hanya tersisa kurang dari 2% dari tutupan hutan awal di pulau tersebut. Ia menyoroti pentingnya hutan sebagai "paru-paru dunia" dan tempat tinggal berbagai spesies. Namun, kegiatan seperti penebangan dan pembukaan lahan untuk pertanian telah mengancam keberadaan hutan-hutan ini.
Gurib-Fakim menekankan perlunya menjaga hutan asli yang tersisa, terutama mengingat dampak perubahan iklim. Ia berpendapat bahwa mempertahankan keutuhan hutan sangat penting untuk mengurangi emisi karbon di atmosfer.
Dampak Perubahan Iklim
Sebagai negara pulau, Mauritius sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Gurib-Fakim menyebutkan beberapa ancaman utama yang dihadapi negaranya:
Badai topan yang lebih dahsyat
Erosi pantai akibat kenaikan permukaan air laut
Dampak terhadap industri pariwisata
Pengaruh pada mata pencaharian masyarakat, terutama yang bergantung pada laguna untuk memancing
Selain itu, Mauritius juga mengalami kekeringan yang intens dan banjir yang semakin sering terjadi. Gurib-Fakim menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi realitas perubahan iklim dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan.
Upaya Konservasi
Menghadapi tantangan-tantangan ini, Gurib-Fakim menyerukan beberapa langkah penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati Mauritius:
Mengembangkan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim
Meningkatkan kesadaran pemimpin dunia akan pentingnya melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem
Memperkuat upaya penanaman pohon untuk mengurangi emisi karbon
Mendiversifikasi sumber energi dengan beralih ke energi terbarukan seperti surya, angin, dan gelombang laut
Meningkatkan pengelolaan air dan mendorong daur ulang
Gurib-Fakim juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi ini. Ia berpendapat bahwa kesiapsiagaan dan kemampuan beradaptasi Mauritius akan bergantung pada seberapa baik mereka memberdayakan masyarakatnya.
Meskipun Mauritius, seperti sebagian besar benua Afrika, tidak berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca, negara ini tetap berkomitmen untuk mengurangi emisi sebagai bentuk solidaritas global. Gurib-Fakim menyerukan agar masyarakat internasional menyadari perlunya solidaritas global dalam mengatasi tantangan lingkungan.
Perjalanan Menuju Kursi Kepresidenan
Dipilih oleh Koalisi Alliance Lepep
Perjalanan Ameenah Gurib-Fakim menuju kursi kepresidenan dimulai secara tak terduga. Pada tahun 2014, setelah memberikan ceramah TED di Brasil, ia menerima panggilan mengejutkan dari seorang jurnalis yang menanyakan tanggapannya tentang pencalonan dirinya sebagai presiden dalam pemilihan umum 2014. Gurib-Fakim, yang saat itu adalah seorang profesor universitas dan pengusaha, merasa terkejut karena tidak memiliki ambisi politik.
Meskipun awalnya ragu, Gurib-Fakim akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Ia bergabung dengan koalisi Alliance Lepep, yang terdiri dari partai-partai kecil, untuk menghadapi oposisi yang didanai besar dan memiliki koalisi partai-partai besar. Keputusan ini merupakan langkah berani bagi Gurib-Fakim, yang menganggapnya sebagai risiko ketiga dalam hidupnya setelah meninggalkan zona nyaman di dunia akademis untuk memulai usaha pribadi.
Proses Pemilihan
Proses pemilihan presiden di Mauritius berbeda dengan negara lain. Menurut konstitusi Mauritius, presiden dipilih melalui tindakan parlemen, bukan melalui kampanye langsung. Namun, untuk pertama kalinya dalam sejarah Mauritius, nama calon presiden diumumkan sebelum kampanye dimulai.
Gurib-Fakim tidak melakukan kampanye secara aktif, mengingat posisi presiden seharusnya apolitis. Meskipun demikian, partainya memanfaatkan alat teknologi untuk berkampanye dan menyebarkan informasi tentang kegagalan partai yang berkuasa sebelumnya.
Selama proses pemilihan, Gurib-Fakim menghadapi tantangan dari delegasi Muslim yang memprotes pencalonannya sebagai kepala negara perempuan. Namun, ia berhasil menghadapi tantangan ini dengan mengajukan tiga pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh para penentangnya.
Kemenangan Bersejarah
Pada 1 Desember 2014, saat penghitungan suara masih berlangsung, Gurib-Fakim menyadari bahwa ia akan menjadi presiden. Kemenangannya merupakan momen bersejarah bagi Mauritius. Pada bulan Juni 2015, Gurib-Fakim resmi dilantik sebagai Presiden ke-6 dan Presiden Perempuan Pertama Republik Mauritius.
Kemenangan Gurib-Fakim menunjukkan kedewasaan pemilih Mauritius yang memilihnya terlepas dari gender dan agamanya. Ia menggantikan Rajkeswur "Kailash" Purryag, yang mengundurkan diri ketika pemerintahan baru Alliance LePep berkuasa pada tahun 2014.
Sebagai presiden, Gurib-Fakim memiliki peran seremonial sebagai kepala negara, sementara kekuasaan eksekutif tetap berada di tangan perdana menteri. Meskipun demikian, ia fokus untuk menarik investasi sains dan teknologi ke Mauritius, sebuah negara berpenghasilan menengah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat meskipun kekurangan sumber daya alam.
Pengangkatan Gurib-Fakim sebagai presiden merupakan langkah penting bagi Mauritius dalam hal kesetaraan gender dan representasi politik. Ia menjadi wanita ketiga yang menjabat sebagai Kepala Negara setelah Ratu Elizabeth II dan Monique Ohsan Bellepeau.
Tantangan sebagai Presiden Wanita Pertama
Sebagai presiden wanita pertama Mauritius, Ameenah Gurib-Fakim menghadapi berbagai tantangan unik dalam memimpin negaranya. Meskipun demikian, ia berhasil memanfaatkan posisinya untuk mendorong perubahan positif dan menginspirasi generasi muda.
Memimpin Negara Multikultur
Gurib-Fakim tumbuh di lingkungan yang beragam, dengan tetangga dari berbagai latar belakang agama. Pengalaman ini membentuk pandangannya tentang pentingnya keragaman dan dialog antar budaya. Sebagai presiden, ia memulai dialog antar agama dan antar budaya yang menjadi bagian penting dari warisannya. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih kuat dan saling menghormati di antara warga Mauritius.
Latar belakang Gurib-Fakim yang beragam membantu membentuk kemampuannya untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya. Ia percaya bahwa keragaman adalah kekuatan Mauritius dan berusaha untuk mempromosikan nilai-nilai ini selama masa kepresidenannya.
Mempromosikan Kesetaraan Gender
Salah satu fokus utama Gurib-Fakim sebagai presiden adalah memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Dalam pidatonya di Konferensi Perburuhan Internasional, ia menekankan pentingnya menghilangkan ketidaksetaraan gender untuk meningkatkan potensi produktif Afrika. Menurut Gurib-Fakim, memberdayakan perempuan dapat meningkatkan potensi produktif satu miliar orang Afrika, memberikan dorongan besar bagi potensi pembangunan benua tersebut.
Meskipun kemajuan telah dicapai dalam mengurangi kesenjangan gender di Afrika, Gurib-Fakim mengakui bahwa perempuan Afrika masih menghadapi situasi yang merugikan. Ia menyoroti fakta bahwa anak perempuan masih kurang memiliki akses ke pendidikan menengah dibandingkan anak laki-laki, dan perempuan memiliki pengaruh terbatas atas sumber daya dan norma-norma yang membatasi akses mereka ke pekerjaan.
Gurib-Fakim juga menekankan kontribusi signifikan perempuan Afrika terhadap ekonomi benua. Ia mencatat bahwa perempuan Afrika lebih aktif secara ekonomi sebagai petani dan pengusaha dibandingkan perempuan di wilayah lain di dunia. Di 11 negara Afrika, perempuan menduduki hampir sepertiga kursi di parlemen, lebih banyak daripada di Eropa.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Sebagai ilmuwan dan pemimpin perempuan, Gurib-Fakim menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama perempuan muda yang tertarik pada sains dan teknologi. Ia menggunakan pengaruh jabatannya untuk mempromosikan kesetaraan gender dan menjadi panutan, mengirimkan pesan yang jelas bahwa perempuan dapat mencapai posisi kepemimpinan tertinggi.
Gurib-Fakim juga berperan aktif dalam mendukung inisiatif yang mempromosikan perempuan dalam sains. Ia secara resmi meluncurkan Bab Mauritius dari Organisasi Perempuan dalam Sains untuk Dunia Berkembang (OWSD) pada tahun 2018. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan akses perempuan ke sains dan teknologi serta meningkatkan partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan untuk pembangunan negara mereka.
Melalui berbagai upaya ini, Gurib-Fakim berusaha menciptakan warisan kesadaran akan pentingnya memiliki institusi yang kuat dan memberikan sarana bagi kaum muda untuk menghindari brain drain dengan mengembangkan potensi mereka dan lingkungan tempat mereka akan bekerja.
Kontroversi dan Pengunduran Diri
Tuduhan Penyalahgunaan Kartu Kredit
Ameenah Gurib-Fakim, presiden wanita pertama Mauritius, tersandung kontroversi terkait penggunaan kartu kredit yang diberikan oleh sebuah organisasi non-pemerintah. Ia dituduh menggunakan kartu tersebut untuk pembelian pribadi, termasuk perhiasan dan barang-barang mewah senilai setidaknya 25.000 euro (IDR 486.923.217,30). Menurut laporan surat kabar lokal L'Express, Gurib-Fakim diduga membeli komputer notebook pada September 2016, pakaian dan perhiasan pada Oktober, lebih banyak perhiasan pada November, dan pakaian mewah pada Desember.
Kartu kredit platinum tersebut diberikan oleh Planet Earth Institute (PEI), sebuah yayasan yang didedikasikan untuk pengembangan sains dan teknologi di Afrika. Gurib-Fakim bergabung dengan PEI pada tahun 2015 dalam upaya untuk mengembangkan bidang ilmiah di Afrika. Namun, penggunaan kartu kredit ini untuk keperluan pribadi memicu kemarahan publik dan memunculkan pertanyaan tentang integritas presiden.
Tanggapan terhadap Tuduhan
Menanggapi tuduhan tersebut, Gurib-Fakim awalnya menyangkal telah melakukan kesalahan. Ia mengklaim bahwa penggunaan kartu kredit PEI untuk pengeluaran pribadi tersebut murni tidak disengaja. Menurut Gurib-Fakim, ia secara tidak sengaja menggunakan kartu PEI karena juga memiliki kartu kredit pribadi dari bank yang sama, yang menyebabkan tertukarnya kedua kartu tersebut.
Gurib-Fakim menegaskan bahwa ia segera menyadari kesalahannya, menginformasikan PEI tentang transaksi tersebut, dan mengganti semua pembelian serta biaya yang terkait dengan misinya di PEI. PEI sendiri mengkonfirmasi pernyataan ini, menyatakan bahwa Gurib-Fakim "tidak pernah menerima hadiah, bantuan, upah atau pengeluaran dari PEI, atau keuntungan atau manfaat yang tidak semestinya" .
Meskipun demikian, kontroversi ini semakin memanas karena hubungan Gurib-Fakim dengan Alvaro Sobrinho, seorang miliarder Angola yang merupakan anggota pendiri PEI. Sobrinho sendiri sedang dalam penyelidikan di Swiss dan Portugal atas tuduhan penipuan. Hubungan ini menimbulkan pertanyaan tentang potensi konflik kepentingan dan integritas kepresidenan Gurib-Fakim.
Keputusan Mundur
Menghadapi tekanan yang semakin besar, Gurib-Fakim akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Pada 17 Maret 2018, pengacaranya, Yousuf Mohamed, mengumumkan bahwa Gurib-Fakim akan mengundurkan diri efektif pada 23 Maret 2018. Mohamed menyatakan bahwa Gurib-Fakim mengambil keputusan ini "untuk kepentingan nasional" dan "untuk mencegah krisis konstitusional".
Keputusan ini diambil setelah beberapa hari ketegangan politik, di mana Gurib-Fakim sebelumnya menyatakan tidak akan mengundurkan diri dan berjanji untuk membersihkan namanya. Namun, tekanan dari berbagai pihak, termasuk Perdana Menteri Pravind Jugnauth dan partai-partai oposisi, akhirnya mendorong Gurib-Fakim untuk mengambil langkah ini.
Pengunduran diri Gurib-Fakim menandai akhir dari masa jabatannya yang kontroversial sebagai presiden Mauritius. Meskipun demikian, banyak pihak yang mendesak agar dilakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus ini dan hubungan Mauritius dengan Alvaro Sobrinho. Kasus ini telah mengguncang reputasi Mauritius sebagai model tata kelola yang baik dan transparansi di kawasan tersebut.
Kesimpulan
Kisah Ameenah Gurib-Fakim memberikan gambaran yang menarik tentang perjalanan seorang ilmuwan wanita menuju kursi kepresidenan. Pencapaiannya sebagai presiden wanita pertama Mauritius menunjukkan kemajuan dalam kesetaraan gender di negara tersebut. Namun, kontroversi yang menyebabkan pengunduran dirinya juga mengingatkan kita akan tantangan yang masih dihadapi pemimpin perempuan di arena politik.
Warisan Gurib-Fakim sebagai presiden memiliki pengaruh yang beragam pada Mauritius. Upayanya untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mendorong penelitian ilmiah memberikan sumbangan penting bagi negaranya. Meskipun akhir masa jabatannya diwarnai kontroversi, kisahnya tetap menginspirasi banyak orang, terutama perempuan muda yang ingin berkarir di bidang sains dan kepemimpinan. Akhirnya, pengalaman Gurib-Fakim menyoroti pentingnya integritas dan transparansi dalam kepemimpinan politik.
FAQS
Siapa Ameenah Gurib-Fakim? Ameenah Gurib-Fakim adalah Presiden ke-6 dan Presiden Wanita Pertama Republik Mauritius yang menjabat dari tahun 2015 hingga 2018. Sebelum menjadi presiden, ia adalah seorang profesor kimia organik dan Direktur Pelaksana Centre International de Développement Pharmaceutique (CIDP) Research and Innovation.
Apa latar belakang pendidikan Ameenah Gurib-Fakim? Gurib-Fakim meraih gelar BSc dalam bidang Kimia dari University of Surrey pada tahun 1983 dan gelar PhD dari University of Exeter, Inggris, pada tahun 1987.
Bagaimana karir akademik Ameenah Gurib-Fakim? Gurib-Fakim memiliki karir akademik yang panjang di University of Mauritius. Ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Sains dan Pro Wakil Rektor dari tahun 2004 hingga 2010. Ia juga pernah bekerja sebagai Manajer Penelitian di Dewan Riset Mauritius dari tahun 1995 hingga 1997.
Apa kontribusi Ameenah Gurib-Fakim dalam bidang penelitian? Gurib-Fakim adalah anggota pendiri Pan African Association of African Medicinal Plants dan ikut menulis African Herbal Pharmacopoeia pertama. Ia telah menulis dan menyunting 30 buku, beberapa bab buku, dan artikel ilmiah di bidang konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Penghargaan apa saja yang telah diterima oleh Ameenah Gurib-Fakim? Gurib-Fakim telah menerima berbagai penghargaan internasional, termasuk:
L'Oreal-UNESCO Prize for Women in Science pada tahun 2007
African Union Commission Award for Women in Science pada tahun 2009
Penghargaan seumur hidup dari United States Pharmacopoeia-CePat Award pada tahun 2017
American Botanical Council Norman Farnsworth Excellence in Botanical Research Award pada tahun 2017
Trailblazing award for political leadership dari World Women Leaders Council di Islandia pada tahun 2019
Bagaimana perjalanan politik Ameenah Gurib-Fakim? Gurib-Fakim dilantik sebagai Presiden ke-6 dan Presiden Wanita Pertama Republik Mauritius pada 5 Juni 2015. Ia menjabat sebagai presiden hingga Maret 2018.
Apa peran Ameenah Gurib-Fakim dalam organisasi internasional? Gurib-Fakim pernah menjabat sebagai Ketua International Council for Scientific Union – Regional Office for Africa dari tahun 2011 hingga 2013. Ia juga menjadi Direktur Independen di Dewan Barclays Bank of Mauritius Ltd dari tahun 2012 hingga 2015. Pada tahun 2022, ia menjadi anggota Komite Penasihat Ilmiah Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Roma.
Bagaimana pengakuan internasional terhadap Ameenah Gurib-Fakim? Gurib-Fakim telah mendapat pengakuan internasional yang signifikan:
Ia masuk dalam daftar Forbes 100 "Wanita Paling Berpengaruh di Dunia" pada Juni 2016
Ia menempati posisi pertama dalam daftar Top 100 Women in Africa Forbes List pada tahun 2017 dan 2019
Ia diakui sebagai salah satu Global Thinkers oleh Foreign Policy pada tahun 2015
Apa peran Ameenah Gurib-Fakim dalam dunia akademik saat ini?
Pada tahun 2021, Gurib-Fakim diangkat sebagai Distinguished Professor di John Wesley School of Leadership, Carolina University, Amerika Serikat.
Apa penghargaan terbaru yang diterima oleh Ameenah Gurib-Fakim? Beberapa penghargaan terbaru yang diterima Gurib-Fakim termasuk:
Benazir Bhutto Lifetime Achievement Award pada tahun 2021
Obada Prize dari Mesir pada tahun 2021
RUFORUM Recognition Prize pada tahun 2021
IETI Annual Scientific Award pada tahun 2020
IAS-COMSTECH Ibrahim Memorial Award dari WIAS di Yordania pada tahun 2020