
Ash Barty, salah satu petenis terbaik di dunia, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan di dunia tenis profesional. Lahir di Ipswich, Queensland, Barty memulai karirnya sejak usia muda dan dengan cepat menarik perhatian dunia tenis. Perjalanannya dari pemain muda berbakat hingga menjadi juara Grand Slam dan pemain nomor satu dunia merupakan kisah inspiratif yang memikat banyak penggemar tenis.
Artikel ini akan mengulas perjalanan karir Ash Barty, mulai dari awal karirnya yang menjanjikan hingga pencapaian prestasi di turnamen-turnamen besar seperti Australian Open, Wimbledon, dan French Open. Kita juga akan melihat dominasinya di peringkat WTA, gaya bermain uniknya, serta keputusannya untuk pensiun dini yang mengejutkan dunia tenis. Perjalanan Barty tidak hanya tentang kesuksesan di lapangan, tapi juga tentang pilihan hidupnya yang menginspirasi banyak orang.
Awal Karir Ash Barty
Debut profesional
Ash Barty memulai karir profesionalnya pada April 2010, saat ia baru berusia 14 tahun. Debutnya terjadi di turnamen ITF Women's Circuit di kota kelahirannya, Ipswich. Meskipun kalah dalam pertandingan pertamanya, Barty tidak menyerah. Dalam turnamen keduanya di Mount Gambier, ia berhasil mencapai semifinal dan meraih kemenangan pertamanya sebagai pemain profesional.
Prestasi awal
Pada tahun 2011, Barty mulai menunjukkan potensinya dengan mencapai perempat final di beberapa turnamen IDR 405769.35K di Australia. Prestasi besarnya datang ketika ia memenangkan gelar tunggal putri junior di Wimbledon. Keberhasilan ini membuka jalan baginya untuk mendapatkan wildcard ke kualifikasi US Open, meskipun ia belum berhasil lolos ke babak utama.
Tahun 2012 menjadi tahun yang penting bagi Barty. Ia membuat debut di turnamen WTA Tour, baik di nomor tunggal maupun ganda. Di Brisbane International, Barty berpasangan dengan Casey Dellacqua dan berhasil mencapai semifinal ganda, mengalahkan pasangan unggulan pertama dalam prosesnya. Prestasi ini ia capai saat masih berusia 15 tahun.
Tantangan dan hambatan
Meskipun memiliki awal karir yang menjanjikan, Barty menghadapi berbagai tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah tekanan yang ia rasakan sebagai atlet muda yang berada di sorotan publik. Pada tahun 2014, Barty mengambil keputusan mengejutkan untuk istirahat dari tenis profesional. Ia menyebutkan "stres umum bermain di seluruh dunia" dan tekanan berada di bawah sorotan publik sebagai alasan untuk mengambil jeda.
Selama masa istirahatnya, Barty mencoba olahraga lain, yaitu kriket. Meskipun tidak pernah bermain kriket secara kompetitif sebelumnya, ia menunjukkan bakat di olahraga ini dan bergabung dengan tim profesional Brisbane Heat di Women's Big Bash League untuk musim 2015-2016.
Keputusan Barty untuk istirahat dari tenis dan mencoba olahraga lain menunjukkan bahwa perjalanan karir seorang atlet tidak selalu mulus. Namun, pengalaman ini justru membantu Barty menemukan kembali passion-nya untuk tenis. Ia kembali ke WTA Tour dan segera menemukan kembali performanya di lapangan tenis.
Pencapaian Grand Slam
French Open 2019
Pada tahun 2019, Ash Barty mencapai prestasi besar dengan memenangkan gelar Grand Slam pertamanya di French Open. Barty mengalahkan Marketa Vondrousova dari Republik Ceko dengan skor telak 6-1, 6-3 dalam waktu 70 menit. Kemenangan ini menjadikan Barty sebagai petenis wanita Australia pertama yang menjuarai French Open sejak Margaret Court pada tahun 1973. Prestasi ini juga mengantarkan Barty ke peringkat 2 dunia WTA, pencapaian tertinggi petenis Australia sejak Evonne Goolagong Cawley pada tahun 1976.
Wimbledon 2021
Dua tahun kemudian, Barty kembali mengukir sejarah dengan menjuarai Wimbledon 2021. Dalam pertandingan final yang berlangsung sengit, Barty mengalahkan Karolina Pliskova dari Republik Ceko dengan skor 6-3, 6-7(4), 6-3. Kemenangan ini menjadikan Barty sebagai petenis wanita Australia pertama yang menjuarai Wimbledon sejak Evonne Goolagong Cawley pada tahun 1980. Barty juga menjadi petenis pertama yang memenangkan gelar tunggal putri Wimbledon sebagai unggulan teratas sejak Serena Williams lima tahun sebelumnya.
Australian Open 2022
Puncak karir Barty terjadi pada Australian Open 2022. Sebagai unggulan pertama, Barty tampil dominan sepanjang turnamen tanpa kehilangan satu set pun. Di final, ia mengalahkan Danielle Collins dari Amerika Serikat untuk menjadi juara Australian Open pertama dari Australia dalam 44 tahun terakhir. Kemenangan ini melengkapi koleksi gelar Grand Slam Barty di tiga permukaan berbeda: tanah liat (French Open), rumput (Wimbledon), dan lapangan keras (Australian Open).
Pencapaian Grand Slam Barty menunjukkan konsistensi dan kemampuannya beradaptasi di berbagai jenis lapangan. Dengan tiga gelar Grand Slam dari tiga turnamen berbeda, Barty membuktikan dirinya sebagai salah satu petenis terbaik dan paling serbaguna di era modern. Keberhasilannya tidak hanya mengukir sejarah bagi tenis Australia, tetapi juga menginspirasi generasi muda, terutama atlet-atlet aborigin, untuk mengejar mimpi mereka di dunia olahraga.
Dominasi di Peringkat Dunia
Menjadi petenis nomor 1 dunia
Ash Barty mencapai puncak karirnya dengan menjadi petenis nomor 1 dunia WTA pada 24 Juni 2019. Prestasi ini menjadikannya petenis wanita Australia pertama yang mencapai peringkat teratas dalam 43 tahun terakhir, sejak era Evonne Goolagong. Barty mempertahankan posisi ini dengan konsisten, hanya kehilangan posisi puncak selama beberapa minggu di Agustus 2019.
Dominasi Barty di peringkat dunia didukung oleh performanya yang luar biasa. Pada musim 2019, ia memenangkan 57 dari 70 pertandingan dan empat gelar, termasuk gelar Grand Slam pertamanya di French Open dan WTA Finals di Shenzhen, Tiongkok. Prestasi ini menunjukkan konsistensi dan kemampuan Barty untuk tampil di level tertinggi.
Rekor 114 pekan berturut-turut
Salah satu pencapaian terbesar Barty adalah mempertahankan posisi nomor 1 dunia selama 114 pekan berturut-turut sebelum mengumumkan pensiunnya. Ini merupakan rekor terlama keempat dalam sejarah WTA Tour. Secara keseluruhan, Barty menduduki peringkat nomor 1 WTA selama total 121 pekan, menempatkannya di belakang legenda tenis seperti Steffi Graf, Martina Navratilova, dan Serena Williams.
Selama periode dominasinya, Barty menunjukkan performa yang luar biasa. Sejak 2019, ia memenangkan 21 pertandingan melawan pemain top 10, lebih banyak dari petenis wanita lain di WTA Tour. Barty juga memenangkan sembilan dari 10 final WTA Tour terakhirnya, dengan meraih gelar di setiap jenis permukaan lapangan.
Perbandingan dengan legenda tenis
Meski karirnya relatif singkat, prestasi Barty dapat dibandingkan dengan beberapa legenda tenis. Pada usia 26 tahun, Barty telah memenangkan 3 gelar Grand Slam tunggal (kecuali US Open), satu gelar WTA Finals, dan menduduki peringkat nomor 1 selama lebih dari 100 pekan.
Sebagai perbandingan, pada usia yang sama, Martina Navratilova telah memenangkan 5 gelar Grand Slam, 3 gelar WTA Finals, dan menduduki peringkat nomor 1 selama sekitar 100 pekan. Serena Williams memiliki 8 gelar Grand Slam, satu gelar WTA Finals, dan menduduki peringkat nomor 1 selama sekitar 60 pekan. Sementara Steffi Graf telah meraih 19 gelar Grand Slam, 4 gelar WTA Finals, dan menduduki peringkat nomor 1 selama lebih dari 300 pekan.
Meskipun Barty memutuskan untuk pensiun di usia muda, prestasinya tetap mengesankan. Ia telah membuktikan diri sebagai salah satu petenis terbaik di era modern, dengan kemampuan bermain yang cerdik dan beragam gaya pukulan yang membuat beberapa pengamat membandingkannya dengan petenis jenius Swiss, Martina Hingis.
Gaya Bermain dan Kekuatan
Variasi pukulan
Ash Barty dikenal dengan gaya bermain yang sangat beragam dan fleksibel. Salah satu kekuatan utamanya adalah kemampuannya untuk menggunakan berbagai jenis pukulan dengan efektif. Servis Barty, yang sering kurang mendapat perhatian, sebenarnya merupakan senjata yang sangat kuat. Dengan variasi eksekusi yang luar biasa, servis pertama Barty sering membantunya keluar dari situasi sulit dan memenangkan poin tanpa harus melakukan reli panjang.
Forehand Barty juga merupakan salah satu yang terbaik di WTA Tour. Ia menambahkan jumlah topspin yang tepat untuk menghasilkan pukulan yang kuat dan lintasan yang aman melewati net. Backhand slice Barty yang dimainkan dengan satu tangan juga menjadi ciri khas permainannya. Pukulan ini memberikan kesulitan bagi lawan yang tidak terbiasa menghadapi lintasan bola yang rendah dan cepat.
Kecerdasan taktis
Barty tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik dan teknik, tetapi juga memiliki kecerdasan taktis yang luar biasa. Ia mampu beradaptasi dengan berbagai jenis lawan dan mengubah gaya permainannya sesuai kebutuhan. Barty sering menggunakan backhand slice-nya untuk mengatur posisi lawan di lapangan, bukan hanya untuk mencetak poin langsung.
Kemampuan Barty untuk membangun poin secara bertahap juga menunjukkan kecerdasan taktisnya. Tanpa memaksakan eksekusi individual, ia membangun pertukaran pukulan yang membawa lawannya ke posisi yang semakin sulit sebelum memberikan pukulan akhir yang mematikan.
Ketangguhan mental
Meskipun Barty memiliki bakat alami yang luar biasa, ia juga menunjukkan ketangguhan mental yang kuat. Dalam beberapa pertandingan, Barty mampu mengatasi momen-momen sulit dan bangkit kembali dari situasi yang tampaknya sudah tidak menguntungkan. Contohnya adalah pada final Australian Open 2022, di mana ia berhasil membalikkan keadaan dari tertinggal 1-5 di set kedua menjadi kemenangan dengan skor 6-3, 7-6.
Namun, seperti pemain tenis lainnya, Barty juga pernah mengalami momen-momen di mana mentalnya goyah. Beberapa kekalahan di turnamen besar seperti Australian Open dan US Open 2021 terjadi karena penurunan performa yang tiba-tiba saat pertandingan tampak sudah di tangan. Meski demikian, kemampuan Barty untuk bangkit dari kekalahan dan terus meraih prestasi menunjukkan ketangguhan mentalnya.
Kombinasi antara variasi pukulan, kecerdasan taktis, dan ketangguhan mental inilah yang membuat Ash Barty menjadi salah satu petenis terbaik di era modern. Gaya bermainnya yang lengkap dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan berbagai situasi membuatnya sulit dikalahkan oleh para pesaingnya di WTA Tour.
Keputusan Pensiun Dini
Alasan di balik keputusan
Ash Barty mengejutkan dunia tenis dengan mengumumkan pensiunnya pada Maret 2022 di usia 25 tahun, saat masih menjadi petenis nomor satu dunia. Keputusan ini didasari oleh rasa puas dan keinginan untuk menjalani hidup yang tidak terikat oleh tuntutan sirkuit tenis global. Barty menyatakan bahwa pencapaian impian masa kecilnya untuk menjuarai Wimbledon telah mengubah perspektifnya secara signifikan. Kemenangan di Wimbledon, ditambah dengan gelar Australian Open, memberikan rasa lengkap dan pemenuhan yang membuatnya mempertanyakan kebutuhan untuk terus berkompetisi.
Barty menekankan pentingnya mengejar impian dan aspirasi lain di luar tenis. Perjalanan dan tuntutan fisik serta mental dari tur tenis telah mempengaruhinya, dan ia merasa sudah saatnya untuk memprioritaskan aspek lain dalam hidupnya, termasuk keluarga dan kesehatan mental. Keputusannya mencerminkan tren yang berkembang di kalangan atlet yang memilih untuk pensiun dengan syarat mereka sendiri, memprioritaskan kesejahteraan pribadi di atas prestasi profesional.
Reaksi dunia tenis
Pengumuman pensiun Barty memicu gelombang kejutan dari penggemar dan pengamat, mengingat posisinya dalam peringkat dunia dan fakta bahwa ia baru saja memenangkan turnamen Grand Slam. Namun, Barty menjelaskan bahwa peringkat dunianya sama sekali tidak menjadi faktor dalam keputusannya, dan meskipun hal ini membingungkan bagi banyak orang, baginya tidak ada kebingungan sama sekali.
Reaksi mengalir dari seluruh lanskap tenis dan olahraga Australia untuk Barty. WTA, Tennis Australia, dan rekan-rekan pemain yang telah pensiun seperti Caroline Wozniacki, Monica Puig, dan Casey Dellacqua semua mengirimkan ucapan selamat, begitu juga dengan Angelique Kerber yang saat ini sedang cuti dari tur karena kehamilan. Sebagai tanda tingginya penghargaan terhadap Barty di lingkaran olahraga Australia, para atlet dari cabang olahraga lain seperti kriket, selancar, balap sepeda, dan lari gawang juga mengirimkan ucapan selamat terbaik mereka.
Warisan yang ditinggalkan
Meskipun pensiunnya mengejutkan, warisan Barty di dunia tenis akan terus dirasakan dan dilihat selama bertahun-tahun mendatang. Ia meninggalkan jejak yang luar biasa dalam olahraga Australia, tidak hanya di tenis, dengan sikapnya dan caranya menjalani hidup. Barty dikenal sebagai pekerja keras dan pesaing yang tangguh, serta mampu menginspirasi generasi yang lebih muda.
Gaya bermain Barty yang beragam, kecerdasan tenis yang luar biasa, dan kematangan emosinya diprediksi akan mengubah tenis untuk generasi mendatang. Para pengamat percaya bahwa dalam 15, 20, atau 30 tahun ke depan, akan muncul pemain-pemain wanita yang bermain mirip dengan Barty karena mereka akan menjadikan permainannya sebagai model.
Sebagai Duta Besar Tenis Nasional Pribumi Tennis Australia sejak 2018, Barty aktif mendukung komunitas dan pemuda Pribumi. Ia bekerja sama dengan Tennis Australia untuk meningkatkan aksesibilitas dan peluang bagi Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres dalam tenis. Pada tahun 2020, Barty dan Australian Tennis Foundation mengumumkan komitmen keuangan sebesar IDR 1866538999.66 selama tiga tahun ke depan untuk mendanai program tenis Pribumi di Queensland.
Warisan Barty tidak hanya tentang prestasinya di lapangan, tetapi juga tentang dampaknya terhadap masyarakat dan inspirasinya bagi generasi muda. Keputusannya untuk pensiun di puncak karirnya menegaskan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari gelar, tetapi juga dari kebahagiaan dan pemenuhan pribadi.
Kesimpulan
Perjalanan karir Ash Barty di dunia tenis profesional telah memberikan inspirasi dan memiliki dampak yang besar pada olahraga ini. Keputusannya untuk pensiun di usia muda menunjukkan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari prestasi di lapangan, tapi juga dari kebahagiaan pribadi. Gaya bermainnya yang beragam dan kecerdasan taktisnya telah mengubah cara orang memandang tenis wanita modern.
Warisan Barty akan terus terasa dalam waktu yang lama, tidak hanya melalui rekor-rekor yang ia pecahkan, tapi juga melalui pengaruhnya terhadap generasi muda pemain tenis. Keterlibatannya dalam program tenis untuk masyarakat Aborigin juga menunjukkan komitmennya untuk memberi kembali kepada komunitasnya. Pada akhirnya, kisah Ash Barty mengingatkan kita bahwa dalam olahraga, seperti halnya dalam kehidupan, penting untuk mengejar impian sambil tetap setia pada nilai-nilai pribadi.
FAQS
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang Ash Barty:
Kapan Ash Barty memulai karir profesionalnya? Ash Barty memulai karir profesionalnya pada April 2010 saat ia berusia 14 tahun.
Berapa gelar Grand Slam yang diraih Ash Barty? Ash Barty memenangkan 3 gelar Grand Slam tunggal: French Open 2019, Wimbledon 2021, dan Australian Open 2022.
Berapa lama Ash Barty menduduki peringkat 1 dunia? Ash Barty menduduki peringkat 1 dunia WTA selama total 121 pekan, termasuk 114 pekan berturut-turut sebelum pensiun.
Apa yang menjadi ciri khas gaya bermain Ash Barty? Gaya bermain Ash Barty dikenal dengan variasi pukulan yang beragam, terutama backhand slice satu tangannya yang khas.
Mengapa Ash Barty memutuskan untuk pensiun dini? Ash Barty pensiun di usia 25 tahun karena merasa telah mencapai impian masa kecilnya dan ingin mengejar aspirasi lain di luar tenis.
Apa prestasi terbesar Ash Barty di Grand Slam? Prestasi terbesar Ash Barty adalah memenangkan Australian Open 2022 tanpa kehilangan satu set pun sepanjang turnamen.
Bagaimana Ash Barty berkontribusi terhadap komunitas Aborigin? Sebagai Duta Besar Tenis Nasional Pribumi, Ash Barty aktif mendukung program tenis untuk meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres.
Apa yang membuat Ash Barty unik di antara petenis top dunia? Ash Barty dikenal dengan kecerdasan taktisnya, kemampuan beradaptasi dengan berbagai jenis lawan, dan ketangguhan mentalnya.
Berapa usia Ash Barty saat memenangkan gelar Grand Slam pertamanya? Ash Barty memenangkan gelar Grand Slam pertamanya di French Open 2019 saat berusia 23 tahun.
Apa warisan terbesar yang ditinggalkan Ash Barty untuk tenis Australia? Warisan terbesar Ash Barty adalah inspirasinya bagi generasi muda, terutama atlet-atlet Aborigin, untuk mengejar mimpi mereka di dunia olahraga.
Bagaimana reaksi dunia tenis terhadap keputusan pensiun Ash Barty? Pengumuman pensiun Ash Barty mengejutkan banyak pihak, namun ia mendapat dukungan dan ucapan selamat dari berbagai kalangan di dunia tenis dan olahraga Australia.
Apa pencapaian Ash Barty di luar tenis? Selama masa istirahatnya dari tenis, Ash Barty pernah bermain kriket profesional untuk tim Brisbane Heat di Women's Big Bash League.
Bagaimana Ash Barty memulai karirnya di tenis? Ash Barty mulai bermain tenis sejak usia muda dan segera menarik perhatian dengan prestasinya di turnamen junior, termasuk menjuarai Wimbledon junior pada tahun 2011.
Apa yang membuat Ash Barty memutuskan untuk kembali ke tenis setelah istirahat? Setelah mencoba olahraga lain, Ash Barty menemukan kembali passion-nya untuk tenis dan memutuskan untuk kembali ke WTA Tour.
Bagaimana Ash Barty dikenal di luar lapangan tenis? Di luar lapangan, Ash Barty dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pekerja keras, dan berkomitmen untuk memberi kembali kepada komunitasnya.