Lagu 'My Hijab' yang dirilis pada tahun 2017 telah mengubah persepsi dunia tentang wanita berhijab dalam industri musik. Karya ini bukan sekadar lagu rap biasa, melainkan sebuah pernyataan berani dari Mona Haydar yang mendobrak stereotip tentang muslimah di media mainstream.
Melalui lirik yang kuat dan video musik yang menampilkan wanita berhijab dari berbagai latar belakang, lagu 'Wrap My Hijab' menjadi viral dan memicu diskusi global tentang identitas Muslim modern. Bagi banyak muslimah, lagu ini menjadi anthem yang menegaskan bahwa 'my hijab is my identity' - sebuah simbol kebanggaan dan pemberdayaan.
Perjalanan Hidup Mona Haydar
Sebagai putri imigran Suriah yang pindah ke Amerika pada tahun 1971, Mona Haydar memulai kisah hidupnya dengan latar belakang yang unik. Tumbuh bersama tujuh saudara kandungnya di Flint, Michigan, Mona sejak kecil telah menunjukkan bakat dalam dunia seni.
Masa kecil di Michigan
Di usia yang masih sangat muda, Mona sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia puisi. Pada usia enam tahun, dia mulai menulis puisi sederhana di buku hariannya. Bakat seninya semakin berkembang ketika di usia 14 tahun, Mona mulai tampil dalam acara open mic dan pertunjukan puisi di pusat kota Flint. Di sana, dia mendapat bimbingan berharga dari komunitas seniman kulit hitam yang mengajarinya menggunakan suaranya untuk menyampaikan cerita yang sering diabaikan media arus utama.
Latar belakang pendidikan
Perjalanan akademik Mona dimulai di University of Michigan-Flint, di mana dia meraih gelar BA dalam bidang Bahasa Inggris. Setelah lulus, dia melanjutkan studinya ke Damaskus, Suriah, untuk belajar di Jami' Abu-Noor. Sayangnya, studinya terpaksa terhenti karena konflik yang terjadi di Suriah. Tidak berhenti di situ, Mona kemudian meraih gelar Master dalam bidang Etika Kristen dari Union Theological Seminary, sebuah pilihan yang dia ambil untuk lebih memahami sejarah dan situasi perempuan Amerika.
Pertemuan dengan musik hip hop
Kultur kota Flint menjadi fondasi penting dalam hubungan Mona dengan musik hip hop. Beberapa seniman yang menginspirasinya adalah:
Lauryn Hill
Mos Def
Lupe Fiasco
Erykah Badu
Meskipun awalnya menghadapi tantangan karena interpretasi budaya yang menganggap musik tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, Mona akhirnya menemukan bahwa Islam sendiri tidak melarang musik. Pemahaman ini dia dapatkan melalui pembelajaran mendalam tentang spiritualitas Islam dan diskusi dengan para pemimpin agama. Pada tahun 2015, Mona akhirnya memutuskan untuk mengekspresikan kreativitasnya melalui rap, sebuah keputusan yang kelak akan mengubah karirnya secara signifikan.
Inspirasi di Balik Lagu 'Hijabi'
Di tengah meningkatnya Islamofobia di berbagai negara Barat, Mona Haydar memutuskan untuk menggunakan musik sebagai medium perlawanan terhadap diskriminasi.
Pengalaman pribadi menghadapi diskriminasi
Sebagai seorang muslimah di Amerika, Mona sering menghadapi berbagai pertanyaan stereotipikal tentang hijabnya. Dari pertanyaan sederhana seperti "Apakah kamu tidak merasa gerah?" hingga prasangka yang mengaitkan hijab dengan terorisme. Pengalaman ini mendorongnya untuk menciptakan karya yang bisa mendobrak pandangan sempit tersebut.
Proses kreatif penciptaan lagu
Dalam menciptakan "Hijabi", Mona tidak bekerja sendiri. Dia berkolaborasi dengan musisi Tunde Olaniran dan melibatkan komunitas muslim dalam proses penulisan lirik. Lagu ini sengaja dirilis pada 27 Maret, bertepatan dengan Muslim Women's Day, sebagai bentuk perayaan identitas muslimah.
Makna lirik dan pesan dalam lagu
Lirik "Hijabi" mengandung beberapa pesan kuat:
"So even if you hate it - I still wrap my hijab!" - sebuah pernyataan tegas tentang keteguhan identitas
Penolakan terhadap stereotip yang membatasi wanita berhijab
Perayaan keberagaman wanita muslim di seluruh dunia
Mona menegaskan bahwa tujuan lagunya bukan untuk mengajarkan Islam kepada non-muslim, melainkan untuk menumbuhkan cinta yang lebih universal. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita berhijab bisa melakukan berbagai aktivitas positif, sama seperti wanita lainnya. "Lagu ini adalah perayaan," tulis Mona di Facebook, "dan aku yakin akan banyak yang menyukainya karena kami membuat lagu ini untuk Anda".
Melalui musiknya, Mona berharap bisa membantu mengubah persepsi masyarakat bahwa hijab bukanlah simbol penindasan atau pembatasan. Sebaliknya, dia ingin menunjukkan bahwa hijab adalah bagian dari identitas yang dipilih dengan bangga oleh para pemakainya.
Pembuatan Video Musik yang Kontroversial
Pembuatan video musik "Hijabi" menjadi sorotan publik karena keberaniannya menampilkan keunikan yang jarang terlihat dalam industri musik. Video yang dirilis bertepatan dengan Hari Wanita Muslim Sedunia ini menghadirkan konsep yang berbeda dari video musik pada umumnya.
Keputusan tampil saat hamil
Dalam kondisi hamil delapan bulan, Mona membuat keputusan berani untuk tetap tampil dalam video musiknya. "Saya ingin menginspirasi mereka yang tidak sabar untuk melahirkan bayi dan memiliki 'tubuh yang sempurna' sebelum membuat video," ungkapnya kepada Buzzfeed. Keputusan ini menjadi simbol perlawanan terhadap standar kecantikan konvensional dalam industri musik.
Pemilihan model beragam latar belakang
Video ini sengaja menampilkan keberagaman wanita muslim dengan:
Model dari berbagai ras dan etnis
Perbedaan warna kulit dan bentuk mata
Gaya hijab yang bervariasi
Pemilihan model yang beragam ini mencerminkan visi Mona tentang representasi inklusif dalam industri hiburan. "Saya membayangkan segala hal yang berkaitan dengan keindahan menjadi mungkin," jelasnya saat membahas konsep video.
Tantangan produksi video
Proses produksi video menghadapi berbagai tantangan, terutama karena kondisi Mona yang sedang hamil besar. Meskipun banyak yang mempertanyakan keputusannya tampil dalam kondisi hamil, Mona tetap teguh dengan visinya. "Seringkali orang lebih banyak berkomentar tentang bagaimana saya menggosok perut di video itu daripada bertanya tentang kehamilan itu sendiri," ungkapnya.
Video ini berhasil menarik perhatian lebih dari 50.000 penonton di Facebook. Mona menegaskan bahwa karyanya merupakan bentuk fundamental dari seni yang tidak takut menyuarakan kritik terhadap dunia di sekitarnya. Di tengah agenda pemerintah Amerika yang dianggap mengucilkan wanita Muslim, video ini hadir sebagai karya positif yang mengedepankan cinta dan penerimaan.
Respons Publik dan Kontroversi
Setelah perilisan video musik "Hijabi", karya Mona Haydar mendapat respons beragam dari berbagai kalangan. Video tersebut dengan cepat menjadi viral dan memicu diskusi hangat di media sosial dan platform digital.
Tanggapan komunitas Muslim
Di kalangan komunitas Muslim, lagu ini memunculkan pandangan yang terpolarisasi. Beberapa kritikus berpendapat bahwa musik tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami. Namun, Mona memiliki pandangan berbeda tentang hal ini. "Sesuatu yang bisa mempromosikan cinta dan aksi positif menurut saya diperbolehkan. Tidak hanya diperbolehkan tapi justru diperlukan," jelasnya.
Reaksi media mainstream
Media mainstream memberikan tanggapan yang umumnya positif terhadap lagu ini. Beberapa respons yang menonjol:
Apresiasi terhadap keberanian mendobrak stereotip
Pujian atas pesan inklusivitas dalam video
Pengakuan akan kontribusinya dalam melawan Islamofobia
Anisa Khalifa, seorang kritikus musik, menulis di Twitter: "LOVE THIS. So funny and weird and awesome". Video ini berhasil mencuri perhatian publik dan memicu diskusi konstruktif tentang representasi Muslim dalam media.
Cara Mona menghadapi kritik
Dalam menghadapi berbagai tanggapan, Mona menunjukkan kedewasaan dan keteguhan prinsip. Dia tidak ambil pusing dengan respons negatif tentang lagunya. Sebaliknya, dia menegaskan bahwa tujuan utama lagunya adalah untuk menentang Islamofobia dan merayakan keragaman.
"Lagu ini adalah perayaan dan aku yakin akan banyak yang menyukainya karena kami membuat lagu ini untuk Anda," tulis Mona di Facebook. Dia juga aktif melakukan dialog dengan masyarakat melalui booth "Ask a Muslim" di Cambridge, Massachusetts, sebagai upaya meredakan Islamofobia.
Mona konsisten menunjukkan bahwa Muslim Amerika adalah bagian integral dari masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, dia membuktikan bahwa "tidak semua muslim itu jahat seperti ISIS dan kelompok-kelompok garis keras yang selalu membuat keonaran". Pendekatan ini membantu mengubah persepsi banyak orang yang awalnya skeptis terhadap Muslim.
Dampak Lagu Terhadap Karir
Kesuksesan lagu "Hijabi" telah membuka berbagai peluang baru dalam karir Mona Haydar sebagai seniman Muslim kontemporer. Video musiknya yang viral mencapai lebih dari 500.000 penonton di berbagai platform media sosial, menandai awal dari perjalanan barunya di industri musik.
Peningkatan popularitas
Dalam waktu singkat, video "Hijabi" meraih lebih dari satu juta penayangan di Facebook, membuktikan besarnya minat publik terhadap karya Mona. Musiknya mendapat perhatian khusus karena mengandung pesan-pesan positif, humor, dan kritik sosial yang tajam. Keunikan Mona sebagai rapper berhijab yang berani menyuarakan isu-isu sosial telah menjadikannya inspirasi bagi banyak perempuan muslim.
Kesempatan tampil di media
Popularitas "Hijabi" membuka berbagai kesempatan baru bagi Mona:
Undangan sebagai pembicara di berbagai seminar
Tampil di acara-acara televisi nasional
Wawancara eksklusif dengan majalah-majalah ternama
Kesempatan berbicara di forum-forum internasional
Meskipun sedang hamil 8 bulan, Mona tetap aktif mengisi berbagai acara sambil mengurus putranya yang berusia 3 tahun.
Proyek musik selanjutnya
Setelah kesuksesan "Hijabi", Mona tidak berhenti berkarya. Dia mengumumkan rencananya untuk merilis album yang berfokus pada tema cinta dan inklusivitas, terinspirasi dari album "Lemonade" milik Beyonce. Dalam EP terbarunya yang berjudul "Barbarican", Mona mengangkat tema-tema seperti:
Pengalaman hidup sebagai perempuan Suriah-Amerika
Kritik terhadap kebijakan imigrasi
Pesan-pesan pemberdayaan untuk komunitas muslim
"Musik saya mengajak orang untuk melihat kembali-dalam perspektif baru-sosok perempuan muslim," ungkap Mona. "Saya muslim, saya orang Amerika, saya seorang ibu, saya rapper, dan saya juga seorang rohaniawan. Saya menjalankannya sebagai sebuah harmoni".
Pelajaran dari Perjalanan Mona
Perjalanan Mona Haydar dalam industri musik telah memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan seni dalam melawan prasangka. Sebagai seniman yang konsisten menghadapi tantangan, pengalamannya menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Pentingnya tetap berkarya
Mona membuktikan bahwa berkarya adalah bentuk perlawanan yang efektif terhadap diskriminasi. Melalui booth "Ask a Muslim" di Cambridge, Massachusetts, dia berhasil mengubah lebih dari 100 diskusi penuh prasangka menjadi pertemanan yang hangat. "Dalam 10 tahun ke depan," ujar Mona, "pariwara seperti ini akan mengubah cara anak-anak memandang wanita muslim".
Menghadapi stereotip dengan kreativitas
Pendekatan kreatif Mona dalam menghadapi stereotip tercermin dalam beberapa prinsip utama:
Menggunakan musik sebagai jembatan komunikasi
Menampilkan identitas muslim dengan bangga
Menciptakan konten yang menghibur sekaligus mendidik
Mona menegaskan bahwa tujuannya bukan mengajarkan Islam kepada non-muslim, melainkan menumbuhkan cinta yang lebih universal melalui seni. "Hijab adalah identitas, bukan simbol ketertutupan atau kebencian," jelasnya dengan tegas.
Pesan untuk generasi muda Muslim
Dalam setiap kesempatan, Mona menekankan pentingnya:
Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Tetap berkarya meskipun menghadapi tantangan
Menggunakan kreativitas untuk melawan stereotip
"Musik saya mengajak orang untuk melihat kembali sosok perempuan muslim dalam perspektif baru," ungkap Mona. Dia menunjukkan bahwa menjadi muslim Amerika adalah sebuah harmoni yang indah, di mana seseorang bisa menjadi ibu, seniman, dan rohaniawan sekaligus.
Melalui karyanya, Mona membuktikan bahwa hijab bukan penghalang untuk berkarya. Sebaliknya, identitas muslim bisa menjadi kekuatan untuk menciptakan perubahan positif. Dengan menolak stereotip dan prasangka, dia mendorong generasi muda muslim untuk berani mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk seni dan kreativitas.
FAQS
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar Mona Haydar dan lagunya "Hijabi":
Apakah seorang muslimah bisa menjadi feminis? "Ya, tentu saja," jawab Mona tegas. "Mengingat kita hidup di dunia yang masih patriarkal dan misoginis, saya dengan bangga menyebut diri saya feminis". Dia menekankan bahwa wanita muslim layak dipandang setara dengan wanita lain dalam gerakan feminisme.
Bagaimana Mona memandang stereotip tentang wanita muslim? Mona mengamati bahwa masyarakat sering memproyeksikan dua identitas ekstrem pada wanita muslim: "Mereka memandang kami hanya sebagai penari perut atau wanita tertindas tanpa kebebasan". Melalui musiknya, dia berusaha menunjukkan realitas yang lebih beragam.
Mengapa memilih rap sebagai medium ekspresi? Pilihan Mona menggunakan rap sebagai medium berkaitan dengan latar belakangnya di Flint, Michigan. Musik hip hop menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang diskriminasi dan pengalaman hidup sebagai muslimah Amerika.
Bagaimana tanggapan komunitas muslim terhadap musiknya? Beberapa anggota komunitas muslim mempertanyakan keputusan Mona bermusik karena menganggapnya "haram" atau tidak diperbolehkan. Namun, Mona tetap yakin bahwa musik yang membawa pesan positif justru diperlukan.
Apa tujuan utama dari lagu 'Hijabi'? Di tengah meningkatnya Islamofobia, lagu ini diciptakan untuk menyuarakan pengalaman perempuan berhijab dan diskriminasi yang mereka hadapi. Mona ingin menunjukkan bahwa muslimah bisa tampil percaya diri dan kreatif tanpa meninggalkan identitasnya.
Mengapa representasi muslim positif penting? "Kami sangat haus akan representasi positif muslim di media," ungkap Mona. Selama ini, narasi tentang muslim di media mainstream cenderung terbatas pada stereotip negatif seperti teroris atau wanita tertindas.
Bagaimana Mona menyikapi kritik terhadap karyanya? Meskipun beberapa netizen menganggap lagu dan videonya tidak layak, Mona tetap fokus pada tujuan awalnya: menciptakan ruang dialog dan pemahaman yang lebih baik tentang identitas muslim modern.