Gambar dalam Artikel hanya referensi yang dibuat menggunakan Situs AI

Daftar isi

Ibnu Rusyd: Filsuf Muslim dan Komentator Aristoteles

Invite your friends to join as an Involve Partner & earn an RM5 bonus for each referral. The more friends you refer, the more rewards you stand to earn. It’s simple and hassle-free!

Ibnu Rusyd: Filsuf Muslim dan Komentator Aristoteles

Ibnu Rusyd, juga dikenal sebagai Averroes, merupakan sosok penting dalam sejarah filsafat Islam dan Eropa. Lahir di Kordoba, Andalusia pada tahun 1126, ia menjadi salah satu pemikir Muslim paling berpengaruh sepanjang masa. Ibnu Rusyd tidak hanya unggul dalam bidang filsafat, tetapi juga memiliki keahlian dalam kedokteran, fikih, dan logika. Ketertarikannya pada karya-karya Aristoteles menjadikannya komentator terkemuka filsuf Yunani tersebut.

Artikel ini akan membahas kehidupan dan pemikiran Ibnu Rusyd, mulai dari latar belakangnya di Andalusia hingga karya-karya utamanya. Kita akan menelusuri kontribusinya terhadap filsafat Islam dan pengaruhnya pada pemikir-pemikir Barat seperti Thomas Aquinas dan Maimonides. Selain itu, kita juga akan mengkaji perannya sebagai komentator Aristoteles dan bagaimana ia menjembatani pemikiran Yunani kuno dengan dunia Islam. Akhirnya, kita akan melihat warisan intelektual Ibnu Rusyd yang terus memberikan inspirasi hingga saat ini.

Latar Belakang Kehidupan Ibnu Rusyd

Kelahiran dan Keluarga

Ibnu Rusyd, yang juga dikenal sebagai Averroes, lahir pada tahun 1126 M di Kordoba, Andalusia. Ia berasal dari keluarga terpandang yang memiliki tradisi keilmuan yang kuat. Kakek dan ayahnya merupakan hakim terkenal di Kordoba. Ayahnya, Abu al-Qasim Ahmad, menjabat sebagai hakim pada masa kekuasaan Murabithun. Keluarga Ibnu Rusyd sangat mencintai ilmu pengetahuan, yang memberikan pengaruh besar pada perkembangan intelektualnya.

Pendidikan Awal

Sejak usia dini, Ibnu Rusyd mendapatkan pendidikan yang istimewa. Ia mempelajari dan menghafal kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik di bawah bimbingan ayahnya. Selain itu, ia juga mendalami berbagai disiplin ilmu seperti matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan kedokteran. Guru-guru terkemuka yang membimbing Ibnu Rusyd antara lain Al-Hafiz Abu Muhammad ibn Rizq dalam bidang fikih, dan Ibnu Basykuwal dalam ilmu hadis.

Ibnu Rusyd memanfaatkan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan keilmuan dengan sangat baik. Ia dikenal sangat tekun dalam belajar, bahkan disebutkan bahwa ia tidak pernah absen dari kegiatan belajar setiap malam kecuali dua malam, yaitu ketika ayahnya meninggal dunia dan malam pertama perkawinannya.

Karir sebagai Hakim dan Dokter

Karir Ibnu Rusyd dimulai ketika ia diangkat menjadi hakim di Sevilla pada tahun 1169 M. Setelah dua tahun menjabat di Sevilla, ia kembali ke Kordoba dan menduduki jabatan hakim agung (qadhi al-qudhat). Kemampuannya dalam bidang hukum Islam ini merupakan hasil dari pendidikan yang ia terima dari ayah dan kakeknya yang juga merupakan hakim terkenal.

Selain sebagai hakim, Ibnu Rusyd juga memiliki keahlian dalam bidang kedokteran. Pada tahun 1182 M, ia diangkat menjadi dokter istana di Maroko, menggantikan Ibnu Thufail yang telah pensiun. Jabatan ini memungkinkan Ibnu Rusyd untuk mengembangkan pengetahuannya dalam bidang kedokteran dan menulis karya-karya penting dalam disiplin ilmu tersebut.

Meskipun disibukkan dengan tugas-tugasnya sebagai hakim dan dokter, Ibnu Rusyd tetap produktif dalam menuangkan gagasan-gagasannya. Ia dikenal sebagai seorang filsuf terbesar dalam sejarah Islam dan komentator utama karya-karya Aristoteles. Keahliannya yang luas dalam berbagai bidang ilmu menjadikan Ibnu Rusyd sebagai salah satu tokoh intelektual Muslim yang paling berpengaruh sepanjang masa.

Karya-Karya Utama Ibnu Rusyd

Tafsir Aristoteles

Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator utama karya-karya Aristoteles. Ia menulis tafsir atau uraian pada hampir semua karya filsuf Yunani tersebut yang ada pada masa hidupnya. Ibnu Rusyd membagi karya-karya tafsirnya menjadi tiga tipe: tafsir panjang, tafsir menengah, dan tafsir pendek. Tafsir panjang berisi teks asli Aristoteles dengan analisis rinci di tiap baris. Tafsir menengah berupa parafrase untuk memperjelas dan menyederhanakan bahasa Aristoteles. Sementara tafsir pendek merupakan ringkasan doktrin-doktrin Aristoteles. Untuk lima buku Aristoteles, yaitu Fisika, Metafisika, De Anima, De Caelo, dan Analytica Posteriora, Ibnu Rusyd menulis ketiga tipe tafsir tersebut.

Karya Filsafat

Selain menafsirkan karya Aristoteles, Ibnu Rusyd juga menulis karya-karya filsafat orisinal. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Tahafut at-Tahafut (Kerancuan dalam Kerancuan). Buku ini merupakan tanggapan atas karya Al-Ghazali berjudul Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filosof). Ibnu Rusyd juga menulis makalah-makalah tentang berbagai topik filsafat, seperti akal, waktu, dan benda-benda langit. Ia mengkritik pemikiran beberapa filsuf Muslim pendahulunya seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali dalam beberapa topik. Karya-karya filsafat Ibnu Rusyd memiliki pengaruh besar di Eropa, bahkan memunculkan aliran yang disebut Averroisme.

Karya Kedokteran

Selain filsafat, Ibnu Rusyd juga menulis karya-karya penting di bidang kedokteran. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Kulliyat fi Ath-Thibb (Prinsip Umum Kedokteran) yang ditulis sekitar tahun 1162. Buku ini terdiri dari tujuh jilid yang membahas anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, obat-obatan, kebersihan, dan pengobatan umum. Al-Kulliyat fi Ath-Thibb kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Colliget dan menjadi buku teks kedokteran di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad. Karya kedokteran Ibnu Rusyd lainnya termasuk Maqalah fi at-Tiryaq (Makalah tentang Obat Penolak Racun) dan Mas'alah fi Nawaib al-Humma (Masalah tentang Penyakit Demam).

Karya-karya Ibnu Rusyd mencerminkan keluasan pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu. Ia tidak hanya unggul dalam filsafat dan kedokteran, tetapi juga menulis tentang fikih, logika, dan ilmu-ilmu lainnya. Keragaman karya-karyanya menunjukkan bahwa Ibnu Rusyd adalah seorang polymath sejati yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam dan Eropa.

Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd

Harmonisasi Agama dan Filsafat

Ibnu Rusyd dikenal sebagai filsuf Muslim yang berupaya mengharmonisasikan antara agama dan filsafat. Ia berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara keduanya, melainkan keduanya saling mendukung dalam pencarian kebenaran. Menurut Ibnu Rusyd, filsafat dan agama memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan alam semesta.

Untuk memperkuat argumennya, Ibnu Rusyd mengutip ayat-ayat Al-Qur'an yang mendorong manusia untuk berpikir dan merenungkan alam semesta. Ia menafsirkan ayat-ayat tersebut sebagai perintah untuk berfilsafat dan menggunakan akal dalam memahami agama. Salah satu ayat yang sering dikutip Ibnu Rusyd adalah Surah Al-Hasyr ayat 2, yang ia tafsirkan sebagai anjuran untuk menggunakan penalaran logis.

Kritik terhadap Al-Ghazali

Ibnu Rusyd terkenal dengan kritiknya terhadap pemikiran Al-Ghazali, terutama yang tertuang dalam kitab Tahafut al-Tahafut (Kerancuan dalam Kerancuan). Dalam karyanya ini, Ibnu Rusyd membela para filsuf dari tuduhan kekafiran yang dilontarkan Al-Ghazali. Ia menyanggah tiga kritik utama Al-Ghazali terhadap para filsuf, yaitu mengenai kekalnya alam, pengetahuan Tuhan tentang hal-hal partikular, dan kebangkitan jasmani.

Ibnu Rusyd berpendapat bahwa kritik Al-Ghazali terhadap para filsuf sebenarnya didasarkan pada kesalahpahaman dalam menafsirkan pemikiran mereka. Ia menegaskan bahwa filsafat, jika dipahami dengan benar, tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Teori Akal

Salah satu kontribusi penting Ibnu Rusyd dalam filsafat Islam adalah teorinya tentang akal. Ia membagi akal menjadi tiga tingkatan: akal potensial, akal aktual, dan akal perolehan. Ibnu Rusyd menekankan pentingnya penggunaan akal dalam memahami wahyu dan menafsirkan teks-teks agama.

Ibnu Rusyd berpendapat bahwa penggunaan akal dan metode demonstratif (burhan) adalah cara terbaik untuk mencapai kebenaran. Ia menyatakan bahwa jika terjadi pertentangan antara hasil penalaran demonstratif dengan makna lahiriah teks wahyu, maka teks tersebut harus ditakwilkan. Namun, Ibnu Rusyd juga menekankan bahwa takwil hanya boleh dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai.

Pemikiran filsafat Ibnu Rusyd memiliki pengaruh besar tidak hanya di dunia Islam, tetapi juga di Eropa. Ia dikenal sebagai komentator utama karya-karya Aristoteles dan menjadi jembatan penting dalam transmisi pemikiran Yunani ke dunia Barat. Pemikirannya tentang harmonisasi agama dan filsafat, serta penekanannya pada penggunaan akal, menjadikan Ibnu Rusyd sebagai salah satu filsuf Muslim paling berpengaruh sepanjang sejarah.

Ibnu Rusyd sebagai Komentator Aristoteles

Metode Penafsiran

Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator utama karya-karya Aristoteles. Dalam upayanya menafsirkan pemikiran filsuf Yunani tersebut, Ibnu Rusyd mengembangkan metode penafsiran yang unik. Ia membagi penafsirannya menjadi tiga bentuk: komentar, kritik, dan pendapat. Metode ini memungkinkan Ibnu Rusyd tidak hanya memberikan anotasi terhadap karya Aristoteles, tetapi juga menambahkan pandangan filosofisnya sendiri.

Dalam menafsirkan karya-karya Aristoteles, Ibnu Rusyd menggunakan metode demonstratif (burhan) yang ia anggap sebagai metode paling unggul. Metode ini bertujuan untuk mencapai keyakinan, ketegasan, dan kepastian dengan mendayagunakan akal budi. Ibnu Rusyd berupaya menjelaskan konsep-konsep filsafat Yunani seperti logika, metafisika, dan etika dengan menggunakan bahasa dan terminologi yang sesuai dengan pemahaman Islam.

Meskipun Ibnu Rusyd sangat mengagumi Aristoteles, ia tidak serta-merta menerima semua pemikirannya. Ia melakukan upaya untuk menyaring dan menafsirkan pemikiran Aristoteles agar sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Ibnu Rusyd menekankan pentingnya akal dalam memahami agama, namun tetap menjaga bahwa akal harus dipandu oleh wahyu.

Kontribusi Orisinil

Kontribusi orisinil Ibnu Rusyd sebagai komentator Aristoteles terlihat dalam upayanya memadukan pemikiran Aristoteles dengan teologi Islam. Ia tidak hanya menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles, tetapi juga berusaha menggabungkan agama dan filsafat secara ikhlas dan bersungguh-sungguh. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa kebenaran agama dan kebenaran filsafat adalah satu, meskipun dinyatakan dalam lambang yang berbeda-beda.

Salah satu kontribusi penting Ibnu Rusyd adalah kritiknya terhadap pemahaman filsuf Muslim sebelumnya tentang Aristoteles. Ia menyadari bahwa beberapa filsuf, seperti Ibnu Sina, tidak sepenuhnya memahami filsafat Aristoteles sebagaimana seharusnya. Ibnu Rusyd berusaha mengoreksi kesalahpahaman ini dan memberikan penafsiran yang lebih akurat terhadap pemikiran Aristoteles.

Ibnu Rusyd juga mengembangkan pemikiran original dalam menanggapi kritik Al-Ghazali terhadap para filsuf. Dalam karyanya yang terkenal, Tahafut al-Tahafut (Kerancuan dalam Kerancuan), Ibnu Rusyd membela para filsuf dari tuduhan kekafiran yang dilontarkan Al-Ghazali. Ia menggunakan metode demonstratif untuk menerangkan kebenaran pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh filsuf sebelumnya, seperti Ibnu Sina.

Kontribusi Ibnu Rusyd sebagai komentator Aristoteles tidak hanya berpengaruh di dunia Islam, tetapi juga di Eropa. Ulasan-ulasannya terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan Eropa, bahkan memunculkan aliran yang disebut Averroisme. Ibnu Rusyd dianggap sebagai penafsir Aristoteles yang terbesar sepanjang masa dan menjadi sumber utama Aristotelianisme Eropa abad pertengahan.

Pengaruh Pemikiran Ibnu Rusyd

Di Dunia Islam

Pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd di dunia Islam cukup kompleks. Di satu sisi, karyanya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan filsafat Islam. Namun di sisi lain, pemikirannya juga menuai kontroversi di kalangan ulama ortodoks. Ibnu Rusyd dikenal sebagai filsuf Muslim yang berupaya mengharmoniskan antara agama dan filsafat. Ia berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara keduanya, melainkan keduanya saling mendukung dalam pencarian kebenaran.

Salah satu karya pentingnya adalah Tahafut at-Tahafut (Kerancuan dalam Kerancuan), yang merupakan tanggapan atas kritik Al-Ghazali terhadap para filsuf. Dalam karyanya ini, Ibnu Rusyd membela para filsuf dari tuduhan kekafiran yang dilontarkan Al-Ghazali. Ia menyanggah kritik Al-Ghazali mengenai kekalnya alam, pengetahuan Tuhan tentang hal-hal partikular, dan kebangkitan jasmani.

Meskipun pemikirannya kontroversial, Ibnu Rusyd tetap dihormati sebagai seorang ulama ahli fikih dan teologi. Karyanya dalam bidang hukum Islam, Bidayah al-Mujtahid, tetap dipelajari hingga saat ini. Namun, pengaruh pemikirannya di dunia Islam sempat meredup setelah kematiannya, terutama karena tekanan dari kalangan ortodoks.

Di Eropa

Pengaruh Ibnu Rusyd justru lebih besar di Eropa dibandingkan di dunia Islam. Ia dikenal di Barat dengan nama Averroes dan dianggap sebagai komentator terbesar karya-karya Aristoteles. Pemikirannya memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa.

Karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani, yang kemudian dipelajari di universitas-universitas Eropa. Pengaruhnya bahkan memunculkan aliran yang disebut Averroisme, yang berkembang di Barat sejak abad ke-13. Gerakan ini berusaha mentransfer dan mengembangkan gagasan-gagasan Ibnu Rusyd ke dalam peradaban Barat.

Rasionalitas filsafat Ibnu Rusyd membawa angin segar bagi dunia Eropa. Ia membantu membangkitkan kembali budaya berpikir yang telah lama redup. Pemikirannya tentang harmonisasi agama dan filsafat mempengaruhi pemikir-pemikir Yahudi dan Kristen, seperti Maimonides dan Thomas Aquinas.

Namun, pemikiran Ibnu Rusyd juga menuai kontroversi di Eropa. Thomas Aquinas, misalnya, mengkritik beberapa aspek pemikiran Ibnu Rusyd yang dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Meskipun demikian, kritik ini justru menunjukkan besarnya pengaruh Ibnu Rusyd dalam diskursus intelektual Eropa saat itu.

Pengaruh Ibnu Rusyd di Eropa bertahan hingga abad ke-17, dengan karya-karyanya tetap dipelajari di universitas-universitas. Pemikirannya dianggap berperan penting dalam membawa Eropa menuju era Renaissance, membebaskan pemikiran dari dominasi gereja, dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.

Kesimpulan

Ibnu Rusyd merupakan sosok yang luar biasa dalam sejarah pemikiran Islam dan Barat. Keahliannya yang luas dalam berbagai bidang ilmu, termasuk filsafat, kedokteran, dan hukum Islam, membuktikan kemampuannya sebagai seorang polymath sejati. Upayanya untuk mengharmoniskan agama dan filsafat, serta penafsirannya terhadap karya-karya Aristoteles, memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan intelektual di dunia Islam dan Eropa.

Warisan intelektual Ibnu Rusyd terus memberikan inspirasi hingga saat ini. Pemikirannya tentang pentingnya akal dalam memahami agama dan alam semesta masih relevan dalam diskusi kontemporer tentang hubungan antara sains dan agama. Meskipun sempat menuai kontroversi pada masanya, kontribusi Ibnu Rusyd dalam membuka jalan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat tidak dapat dipungkiri. Ia akan selalu diingat sebagai salah satu pemikir Muslim paling berpengaruh sepanjang sejarah.

FAQS

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang Ibnu Rusyd:

  1. Siapakah Ibnu Rusyd? Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf Muslim, dokter, dan ahli hukum Islam yang lahir di Kordoba, Andalusia pada tahun 1126. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir Muslim paling berpengaruh dan komentator utama karya-karya Aristoteles.

  2. Apa kontribusi utama Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat? Ibnu Rusyd terkenal karena upayanya mengharmonisasikan agama dan filsafat. Ia juga menulis tafsir atas karya-karya Aristoteles dan membela para filsuf dari kritik Al-Ghazali dalam karyanya Tahafut at-Tahafut.

  3. Bagaimana pengaruh Ibnu Rusyd di dunia Islam? Pengaruh Ibnu Rusyd di dunia Islam cukup kompleks. Meskipun karyanya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan filsafat Islam, pemikirannya juga menuai kontroversi di kalangan ulama ortodoks. Namun, ia tetap dihormati sebagai ahli fikih dan teologi.

  4. Bagaimana pengaruh Ibnu Rusyd di Eropa? Pengaruh Ibnu Rusyd justru lebih besar di Eropa. Ia dikenal dengan nama Averroes dan dianggap sebagai komentator terbesar karya-karya Aristoteles. Pemikirannya memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, bahkan memunculkan aliran yang disebut Averroisme.

  5. Apa saja karya-karya utama Ibnu Rusyd? Karya-karya utama Ibnu Rusyd meliputi tafsir atas karya-karya Aristoteles, Tahafut at-Tahafut (Kerancuan dalam Kerancuan), dan Al-Kulliyat fi Ath-Thibb (Prinsip Umum Kedokteran).

  6. Bagaimana pandangan Ibnu Rusyd tentang hubungan antara agama dan filsafat? Ibnu Rusyd berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara agama dan filsafat. Ia meyakini bahwa keduanya saling mendukung dalam pencarian kebenaran dan memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan alam semesta.

  7. Apa yang dimaksud dengan metode demonstratif (burhan) yang digunakan Ibnu Rusyd? Metode demonstratif adalah metode yang dianggap Ibnu Rusyd sebagai cara terbaik untuk mencapai kebenaran. Metode ini bertujuan untuk mencapai keyakinan, ketegasan, dan kepastian dengan mendayagunakan akal budi.

  8. Bagaimana Ibnu Rusyd menanggapi kritik Al-Ghazali terhadap para filsuf? Ibnu Rusyd membela para filsuf dari tuduhan kekafiran yang dilontarkan Al-Ghazali dalam karyanya Tahafut at-Tahafut. Ia menyanggah kritik Al-Ghazali mengenai kekalnya alam, pengetahuan Tuhan tentang hal-hal partikular, dan kebangkitan jasmani.

  9. Apa kontribusi Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran? Ibnu Rusyd menulis karya penting di bidang kedokteran berjudul Al-Kulliyat fi Ath-Thibb (Prinsip Umum Kedokteran). Buku ini terdiri dari tujuh jilid yang membahas berbagai aspek kedokteran dan menjadi buku teks di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad.

  10. Bagaimana pandangan Ibnu Rusyd tentang penggunaan akal dalam memahami agama? Ibnu Rusyd menekankan pentingnya penggunaan akal dalam memahami wahyu dan menafsirkan teks-teks agama. Ia berpendapat bahwa jika terjadi pertentangan antara hasil penalaran demonstratif dengan makna lahiriah teks wahyu, maka teks tersebut harus ditakwilkan.

  11. Siapa saja pemikir Eropa yang dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Rusyd? Pemikiran Ibnu Rusyd mempengaruhi beberapa pemikir Eropa, termasuk Thomas Aquinas dan Maimonides. Meskipun Thomas Aquinas mengkritik beberapa aspek pemikiran Ibnu Rusyd, kritik ini justru menunjukkan besarnya pengaruh Ibnu Rusyd dalam diskursus intelektual Eropa saat itu.

  12. Apa yang dimaksud dengan Averroisme? Averroisme adalah aliran pemikiran yang berkembang di Eropa sejak abad ke-13, terinspirasi oleh pemikiran Ibnu Rusyd (Averroes). Gerakan ini berusaha mentransfer dan mengembangkan gagasan-gagasan Ibnu Rusyd ke dalam peradaban Barat.

  13. Bagaimana relevansi pemikiran Ibnu Rusyd di masa kini? Pemikiran Ibnu Rusyd tentang pentingnya akal dalam memahami agama dan alam semesta masih relevan dalam diskusi kontemporer tentang hubungan antara sains dan agama. Warisan intelektualnya terus memberikan inspirasi hingga saat ini.

  14. Apa peran Ibnu Rusyd dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa? Ibnu Rusyd dianggap berperan penting dalam membawa Eropa menuju era Renaissance, membebaskan pemikiran dari dominasi gereja, dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.

  15. Bagaimana Ibnu Rusyd memadukan pemikiran Aristoteles dengan teologi Islam? Ibnu Rusyd berupaya menyaring dan menafsirkan pemikiran Aristoteles agar sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Ia menekankan pentingnya akal dalam memahami agama, namun tetap menjaga bahwa akal harus dipandu oleh wahyu.

Invite your friends to join as an Involve Partner & earn an RM5 bonus for each referral. The more friends you refer, the more rewards you stand to earn. It’s simple and hassle-free!

Posting Komentar

Involve Asia Publisher referral program (CPA)
Involve Asia Publisher referral program (CPA)