
Dina Asher-Smith, pelari tercepat Inggris, telah menjadi nama besar dalam dunia atletik internasional. Dengan prestasi gemilang di berbagai kejuaraan dunia dan Olimpiade, dia telah mengukir namanya sebagai salah satu sprinter terbaik di dunia. Kecepatannya di lintasan 100 meter dan 200 meter telah membuat dia menjadi ancaman serius bagi para pesaingnya, termasuk Shelly-Ann Fraser-Pryce.
Artikel ini akan mengulas perjalanan Asher-Smith dari awal karirnya hingga pencapaian terbesarnya. Kita akan melihat teknik berlarinya yang unik, rutinitas latihannya yang ketat, serta tantangan yang dia hadapi, termasuk cedera hamstring yang hampir menggagalkan mimpinya di Olimpiade Tokyo. Selain itu, kita juga akan mengenal sisi lain dari kehidupan Asher-Smith di luar lintasan, termasuk pendidikannya di King's College London dan pengaruhnya sebagai inspirasi bagi generasi muda.
Latar Belakang dan Awal Karir
Masa Kecil dan Pendidikan
Dina Asher-Smith lahir pada 4 Desember 1995 di Orpington, London. Dia memiliki latar belakang keturunan Jamaika dan Trinidad. Asher-Smith menempuh pendidikan di Perry Hall Primary School dan kemudian melanjutkan ke Newstead Wood School di Orpington dari tahun 2008 hingga 2014. Prestasi akademiknya sangat mengesankan, dengan 9 A bintang dan 2 A dalam ujian GCSE-nya. Pada Agustus 2014, dia berhasil mendapatkan 3 A-Level yang memungkinkannya masuk ke King's College London untuk belajar sejarah. Asher-Smith menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 2017.
Awal Karir Atletik
Potensi Asher-Smith sebagai "ratu sprint" Inggris sudah terlihat sejak usia sekolah dasar. Guru olahraganya, Clare Hudson, menilai bahwa Asher-Smith memiliki kemampuan di beberapa nomor atletik. Meskipun awalnya tidak menyukai nomor lintas alam, justru di sanalah bakatnya ditemukan oleh pelatihnya, John Blackie, saat mengikuti lomba di Crystal Palace. Asher-Smith mulai dilatih oleh Blackie sejak berusia delapan tahun dan menganggapnya sebagai "ayah kedua".
Prestasi Junior
Karir atletik Asher-Smith mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan sejak usia muda. Pada tahun 2009, dia mencatatkan waktu 39,16 detik untuk lari 300 meter, yang menjadi rekor dunia untuk usia 13 tahun. Dia juga berhasil memenangkan gelar juara English Schools Championships 200 meter untuk kategori Under 15 (2010), U17 (2011), dan U20 (2013).
Pada Kejuaraan Dunia Junior 2012, Asher-Smith finis di posisi ketujuh pada final 200 meter dengan catatan waktu terbaik pribadinya saat itu, 23,50 detik. Prestasi gemilangnya berlanjut di Kejuaraan Eropa Junior 2013, di mana dia meraih dua medali emas. Dia memenangkan nomor 200 meter dengan waktu 23,29 detik dan juga berkontribusi dalam kemenangan tim estafet 4x100 meter Inggris yang memecahkan rekor nasional junior.
Puncak prestasi juniornya terjadi pada Kejuaraan Dunia Junior 2014 di Eugene, di mana Asher-Smith menjuarai nomor 100 meter dengan catatan waktu 11,23 detik. Atas prestasinya yang luar biasa, dia masuk dalam daftar nominasi BBC Young Sports Personality of the Year 2013.
Pencapaian Utama
Dina Asher-Smith telah mencatatkan berbagai prestasi gemilang sepanjang karirnya sebagai sprinter. Pencapaiannya mencakup rekor nasional, medali Olimpiade, dan gelar juara dunia yang membuktikan statusnya sebagai salah satu atlet terbaik Inggris.
Rekor Nasional
Asher-Smith berhasil memecahkan rekor nasional Inggris untuk nomor lari 200 meter putri. Pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, dia mencatatkan waktu 21,88 detik. Catatan waktu ini mempertajam rekor sebelumnya yang dia buat sendiri pada Kejuaraan Atletik Eropa di Berlin 14 bulan sebelumnya, yaitu 21,89 detik. Prestasi ini menunjukkan konsistensi dan peningkatan performa Asher-Smith dari waktu ke waktu.
Medali Olimpiade
Meskipun belum meraih medali emas Olimpiade, Asher-Smith telah menunjukkan potensinya di panggung olahraga terbesar dunia ini. Dia berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda karena pandemi. Meski mengalami cedera hamstring yang hampir menggagalkan mimpinya, Asher-Smith tetap berjuang dan memberikan yang terbaik untuk tim Inggris. Pelatih atletik Inggris, Christian Malcolm, meyakini bahwa Asher-Smith akan siap untuk Olimpiade Paris 2024, di mana dia berpeluang untuk meraih medali yang didambakannya.
Gelar Juara Dunia
Pencapaian terbesar Asher-Smith terjadi pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Dia menjadi sprinter perempuan pertama asal Inggris yang menjuarai nomor 200 meter putri. Kemenangan ini mengakhiri penantian panjang 36 tahun Inggris untuk meraih gelar juara lari 200 meter dalam Kejuaraan Dunia Atletik. Asher-Smith juga meraih medali perak di nomor 100 meter putri pada kejuaraan yang sama, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa di kedua nomor sprint.
Selain itu, Asher-Smith juga merupakan juara Eropa 2018 untuk nomor 100 dan 200 meter di Berlin, Jerman. Prestasi ini semakin memantapkan posisinya sebagai sprinter terbaik Inggris dan salah satu yang terbaik di dunia.
Pencapaian-pencapaian ini telah mengukuhkan nama Dina Asher-Smith dalam sejarah atletik Inggris. Dia tidak hanya menjadi atlet yang disegani di lintasan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda di negaranya. Dengan usianya yang masih muda, Asher-Smith memiliki potensi untuk terus meningkatkan prestasinya dan meraih lebih banyak gelar di masa depan, termasuk dalam ajang Olimpiade Paris 2024 yang akan datang.
Teknik dan Gaya Berlari
Dina Asher-Smith memiliki teknik dan gaya berlari yang unik, yang telah membuatnya menjadi salah satu sprinter terbaik di dunia. Keunggulannya terlihat jelas dalam setiap fase perlombaan, mulai dari start hingga garis finish.
Kekuatan Start
Start yang kuat merupakan salah satu kelebihan utama Asher-Smith. Dia memiliki kemampuan untuk melakukan akselerasi dengan cepat sejak awal perlombaan. Dalam babak penyisihan 200 meter di Kejuaraan Dunia 2019, Asher-Smith menunjukkan kekuatan startnya dengan menjadi yang tercepat dengan waktu 22,32 detik. Kemampuannya untuk langsung melesat dari blok start memberikan keuntungan besar dalam persaingan dengan para pelari lainnya.
Akselerasi
Setelah start yang kuat, Asher-Smith memiliki kemampuan akselerasi yang luar biasa. Dia mampu meningkatkan kecepatannya secara bertahap dan efisien sepanjang lintasan. Pelatihnya, John Blackie, telah bekerja keras untuk mengembangkan teknik akselerasi Asher-Smith melalui latihan intensif dan pengulangan yang konsisten. Fokus utama mereka adalah mempertahankan bentuk lari yang baik bahkan ketika kaki mulai lelah.
Finishing
Kemampuan finishing Asher-Smith juga patut diperhitungkan. Dia dikenal memiliki kekuatan untuk mempertahankan kecepatan maksimalnya hingga garis finish. Hal ini terbukti ketika dia memenangkan medali emas di nomor 200 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Asher-Smith berhasil mencatatkan waktu 21,88 detik, yang merupakan rekor nasional Inggris.
Asher-Smith dan pelatihnya terus bekerja keras untuk menyempurnakan teknik berlarinya. Mereka fokus pada peningkatan performa di setiap fase perlombaan, mulai dari start hingga finish. Latihan yang dilakukan mencakup pengembangan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan, serta perbaikan aspek teknis seperti posisi tubuh dan gerakan lengan.
Dengan kombinasi kekuatan start yang eksplosif, akselerasi yang efisien, dan kemampuan finishing yang kuat, Dina Asher-Smith telah membuktikan dirinya sebagai salah satu sprinter terbaik di dunia. Teknik dan gaya berlarinya yang unik ini diharapkan akan terus membawanya meraih prestasi gemilang di berbagai kejuaraan internasional, termasuk Olimpiade Paris 2024 yang akan datang.
Persiapan dan Latihan
Dina Asher-Smith memiliki rutinitas latihan yang ketat dan program persiapan yang terstruktur untuk mempertahankan performanya sebagai sprinter kelas dunia. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam persiapan dan latihannya:
Program Latihan
Asher-Smith berlatih enam hari dalam seminggu, dengan lima hari di lintasan. Jenis sesi latihan bervariasi tergantung pada waktu dalam setahun, dengan fokus lebih besar pada membangun daya tahan kecepatan di musim dingin. Dia dan pelatihnya, John Blackie, percaya bahwa kerja keras selama bulan-bulan yang dingin dan basah akan membuahkan hasil di musim panas.
Sesi latihan di lintasan biasanya berlangsung sekitar dua setengah jam, dimulai dengan sesi fisioterapi sebelum sekitar satu jam pemanasan. Bagian sprint hanya berlangsung sekitar 20 menit, melibatkan pengulangan seperti 50m, 100m, atau 200m dengan periode istirahat yang panjang di antaranya.
Asher-Smith juga pergi ke gym tiga kali seminggu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat untuk fokus pada pengondisian dan membangun kekuatan. Namun, dia jarang melakukan angkat beban berat. Sebaliknya, Asher-Smith fokus pada latihan dengan berat badan sendiri seperti push-up dan pull-up, serta banyak latihan koordinasi, stabilitas, dan inti.
Diet dan Nutrisi
Asher-Smith memiliki pendekatan yang disiplin terhadap nutrisinya. Dia cenderung tidak menggunakan suplemen seperti protein shake dan sebaliknya mencoba mendapatkan semua nutrisinya dari sumber makanan alami. Dia memprioritaskan asupan protein yang cukup di setiap makanan.
Sarapan biasanya terdiri dari telur dengan buah dan granola, kemudian salmon dengan nasi dan sayuran untuk makan siang, dan ayam dengan nasi dan salad untuk makan malam. Pola makan ini memberikan Asher-Smith vitamin, antioksidan, dan serat yang dia butuhkan untuk terus berlatih keras.
Meskipun dia sering menginginkan makanan curang atau camilan, timnya sangat ketat dengannya dan dia menunggu hingga akhir musim untuk menikmatinya. Asher-Smith mengakui bahwa dia seorang pecinta makanan, tetapi dia tetap disiplin dengan dietnya selama musim kompetisi.
Pemulihan
Pemulihan merupakan aspek penting dalam rutinitas Asher-Smith. Dia sangat memperhatikan tidur dan istirahat yang cukup. Asher-Smith mengaku bahwa dia bukan orang yang suka bangun pagi dan biasanya bangun antara pukul 9 dan 9:30 pagi. Dia mengatakan, "Saya sangat suka tidur. Saya tidur banyak."
Selama kompetisi, Asher-Smith menyesuaikan jadwal tidurnya dengan waktu pertandingan. Misalnya, final besar biasanya diadakan sekitar pukul 10 malam, jadi dia memastikan energinya terfokus pada malam hari.
Dengan kombinasi program latihan yang intensif, diet yang ketat, dan perhatian pada pemulihan, Dina Asher-Smith telah mengembangkan rutinitas yang memungkinkannya untuk tampil di level tertinggi dalam atletik dunia. Pendekatan holistik ini telah membantu dia meraih prestasi gemilang dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu sprinter terbaik di dunia.
Tantangan dan Hambatan
Cedera
Dina Asher-Smith, sprinter tercepat Inggris, telah menghadapi berbagai tantangan dalam karirnya, dengan cedera menjadi salah satu hambatan utama. Pada Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda, Asher-Smith mengalami cedera hamstring yang hampir menggagalkan mimpinya. Cedera ini terjadi saat Kejuaraan Nasional Inggris pada Juni, hanya beberapa minggu sebelum Olimpiade. Meskipun sempat diragukan akan tampil, Asher-Smith tetap berjuang untuk berpartisipasi di Olimpiade Tokyo.
Cedera hamstring tersebut memiliki dampak signifikan terhadap performa Asher-Smith. Dia gagal lolos ke final 100 meter setelah mencatatkan waktu 11,05 detik di semifinal. Hal ini tentu menjadi pukulan berat bagi atlet yang sebelumnya optimis akan memenangkan medali di nomor tersebut. Asher-Smith bahkan terpaksa mengundurkan diri dari nomor 200 meter, nomor yang menjadi spesialisasinya sebagai juara dunia yang sedang berkuasa.
Tekanan Mental
Selain tantangan fisik, Asher-Smith juga harus menghadapi tekanan mental yang besar. Sebagai salah satu atlet unggulan Inggris, ekspektasi publik terhadapnya sangatlah tinggi. Tekanan untuk tampil maksimal di ajang sekelas Olimpiade dapat mempengaruhi kondisi mental seorang atlet.
Untuk mengatasi hal ini, Asher-Smith telah mengambil langkah proaktif dengan menemui psikolog. Dia menyadari pentingnya kesehatan mental, terutama di masa pandemi yang penuh ketidakpastian. Asher-Smith bahkan mendorong orang lain untuk mencari dukungan mental jika diperlukan, menghilangkan stigma yang masih melekat pada isu kesehatan mental.
Persaingan
Persaingan di dunia sprint internasional juga menjadi tantangan tersendiri bagi Asher-Smith. Dia harus bersaing dengan atlet-atlet kelas dunia seperti Shelly-Ann Fraser-Pryce dari Jamaika dan Gabrielle Thomas dari Amerika Serikat. Pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, persaingan sengit terjadi antara Asher-Smith dan para pesaingnya.
Meskipun beberapa pesaing utama seperti Elaine Thompson dan Dafne Schippers mengalami cedera, hal ini tidak mengurangi tingkat kompetisi yang tinggi. Asher-Smith tetap harus mengeluarkan performa terbaiknya untuk bisa bersaing di level tertinggi.
Dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan ini, Asher-Smith telah menunjukkan ketangguhan mental dan fisik yang luar biasa. Kemampuannya untuk bangkit dari cedera dan tetap kompetitif di level tertinggi membuktikan kualitasnya sebagai atlet kelas dunia.
Kehidupan di Luar Lintasan
Pendidikan
Dina Asher-Smith tidak hanya unggul di lintasan, tetapi juga di bidang akademik. Dia menyelesaikan studi dalam bidang sejarah di King's College London pada tahun 2017. Keputusannya untuk memilih King's College London didasari oleh keinginannya untuk tetap dekat dengan tempat latihan atletik di Bromley, London Selatan. Meskipun mendapat tawaran beasiswa dari universitas ternama seperti Harvard dan Florida State University, Asher-Smith memilih untuk membayar sendiri biaya kuliahnya sebesar 9.000 pounds per tahun.
Selama masa kuliahnya, Asher-Smith berhasil menyeimbangkan antara studi dan karirnya sebagai atlet. Dia mengambil jurusan sejarah karena ketertarikannya pada sejarah modern sejak era Renaissance. Asher-Smith mengaku bahwa tugas kuliahnya sangat padat, dengan sekitar 200 halaman bacaan setiap hari, ditambah dengan enam sesi latihan per minggu. Namun, dia berhasil mengatasi tantangan ini dengan baik.
Sebagai penggemar berat musik, Asher-Smith menulis disertasinya tentang sejarah musik jazz dengan fokus pada Louis Armstrong dan Duke Ellington. Prestasinya di bidang akademik membuktikan bahwa atlet dapat sukses di luar arena olahraga.
Kegiatan Sosial
Selain fokus pada karir atletik dan pendidikannya, Dina Asher-Smith juga aktif dalam kegiatan sosial. Dia memiliki hasrat untuk meningkatkan pamor atlet putri dan yakin bahwa cara terbaik untuk mencapainya adalah dengan bercerita lebih banyak tentang diri mereka sendiri. Asher-Smith baru-baru ini menandatangani kontrak sebagai kolumnis di The Daily Telegraph, sebuah inisiatif untuk mentransformasi sosok atlet putri serta misi mereka di media.
Asher-Smith juga mendukung upaya untuk meningkatkan popularitas atlet putri di Inggris. Dia mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil, seperti pertandingan rugby putri Liga Six Nations yang disaksikan lebih dari 13.000 penonton, dan prestasi tim sepak bola putri Inggris yang menjuarai SheBelieves Cup di AS untuk pertama kalinya.
Hobi
Meskipun sebagian besar waktunya dihabiskan untuk latihan dan kompetisi, Asher-Smith tetap memiliki hobi dan minat di luar dunia atletik. Salah satu hobinya adalah musik, yang tercermin dalam pilihan topik disertasinya tentang sejarah musik jazz. Ketertarikannya pada sejarah modern juga menjadi hobi yang memperkaya wawasannya di luar arena olahraga.
Dengan menjalani kehidupan yang seimbang antara karir atletik, pendidikan, dan kegiatan sosial, Dina Asher-Smith telah membuktikan diri sebagai sosok yang inspiratif bagi generasi muda. Dia menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan manajemen waktu yang baik, seseorang dapat mencapai kesuksesan di berbagai bidang kehidupan.
Pengaruh dan Inspirasi
Dampak pada Atletik Inggris
Dina Asher-Smith telah memberikan dampak yang signifikan pada dunia atletik Inggris. Sebagai sprinter tercepat Inggris, dia telah mengukir namanya dalam sejarah dengan menjadi pelari putri Inggris Raya pertama yang berhasil menjuarai nomor lari cepat dalam ajang besar. Prestasinya di Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, di mana dia menjuarai nomor 200 meter, telah mengangkat pamor atletik Inggris ke level yang lebih tinggi.
Keberhasilan Asher-Smith tidak hanya terbatas pada prestasi di lintasan. Dia juga telah menginspirasi perubahan dalam cara media dan sponsor memandang atlet putri. Asher-Smith secara vokal mengkritik pemasar olahraga yang cenderung fokus pada estetika daripada prestasi atlet putri. Dia menyoroti pentingnya meningkatkan liputan dan sponsor untuk olahraga putri, mengingat penelitian Nielsen pada 2018 menunjukkan bahwa olahraga putri hanya menarik 1% pasar sponsor, 3% liputan cetak, dan 4% liputan online.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Asher-Smith telah menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama gadis-gadis yang bercita-cita menjadi atlet. Keberhasilannya dalam menyeimbangkan karir atletik dengan pendidikan tinggi di King's College London menunjukkan bahwa prestasi di bidang olahraga dan akademik dapat berjalan beriringan. Ini memberikan contoh positif bagi anak-anak muda bahwa mereka dapat mengejar mimpi mereka di berbagai bidang.
Pengaruh Asher-Smith juga terlihat dari inisiatif yang dia dukung. Barbie, misalnya, membuat boneka edisi spesial terinspirasi dari Asher-Smith menjelang Hari Perempuan Internasional. Boneka ini diharapkan dapat menyoroti pencapaian luar biasa Asher-Smith dan menginspirasi anak-anak yang bercita-cita menjadi atlet. Ini merupakan bagian dari upaya untuk memperlihatkan peran perempuan dalam olahraga dan meningkatkan kepercayaan diri anak perempuan.
Asher-Smith juga aktif dalam mempromosikan kesetaraan gender dalam olahraga. Dia mendorong agar prestasi atlet putri mendapat pengakuan yang setara dengan atlet putra. Melalui kolom yang dia tulis di The Daily Telegraph, Asher-Smith berusaha mentransformasi sosok atlet putri serta misi mereka di media. Ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan visibilitas dan apresiasi terhadap atlet putri.
Dengan prestasinya yang gemilang dan sikapnya yang vokal dalam memperjuangkan kesetaraan, Dina Asher-Smith telah menjadi panutan bagi generasi muda di Inggris dan seluruh dunia. Dia tidak hanya menginspirasi mereka untuk mengejar mimpi dalam olahraga, tetapi juga untuk berani menyuarakan perubahan positif dalam masyarakat.
Kesimpulan
Dina Asher-Smith telah menjadi sosok luar biasa dalam dunia atletik Inggris dan internasional. Prestasinya di lintasan lari cepat memiliki pengaruh besar pada generasi muda, terutama gadis-gadis yang bercita-cita menjadi atlet. Kemampuannya menyeimbangkan karir olahraga dengan pendidikan tinggi menunjukkan bahwa kesuksesan bisa diraih di berbagai bidang sekaligus. Apa yang dia capai tidak hanya meningkatkan pamor atletik Inggris, tapi juga mendorong perubahan dalam cara media dan sponsor memandang atlet putri.
Untuk ke depannya, Asher-Smith masih punya banyak peluang untuk meraih prestasi lebih tinggi, terutama di Olimpiade Paris 2024. Tekadnya untuk terus meningkatkan performa dan menjadi inspirasi bagi banyak orang layak diacungi jempol. Dengan semangat juang dan bakat yang dimilikinya, Asher-Smith berpotensi mengukir lebih banyak sejarah dalam dunia atletik dan membawa perubahan positif yang lebih luas dalam olahraga perempuan.
FAQS
Siapa Dina Asher-Smith? Dina Asher-Smith adalah sprinter tercepat Inggris dan juara dunia lari 200 meter. Dia lahir pada 4 Desember 1995 di Orpington, London.
Apa prestasi terbesar Dina Asher-Smith? Prestasi terbesar Asher-Smith adalah menjadi juara dunia lari 200 meter putri pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, dengan catatan waktu 21,88 detik.
Di mana Dina Asher-Smith menempuh pendidikan tinggi? Asher-Smith menyelesaikan studi dalam bidang sejarah di King's College London pada tahun 2017.
Siapa pelatih Dina Asher-Smith? John Blackie telah melatih Asher-Smith sejak dia berusia delapan tahun. Asher-Smith menyebut Blackie sebagai "ayah kedua".
Bagaimana rutinitas latihan Dina Asher-Smith? Asher-Smith berlatih enam hari dalam seminggu, dengan lima hari di lintasan. Sesi latihan di lintasan biasanya berlangsung sekitar dua setengah jam.
Apa tantangan terbesar yang pernah dihadapi Dina Asher-Smith? Salah satu tantangan terbesar Asher-Smith adalah cedera hamstring yang hampir menggagalkan mimpinya di Olimpiade Tokyo 2020.
Bagaimana Dina Asher-Smith menyeimbangkan karir atletik dan pendidikan? Asher-Smith berhasil menyeimbangkan studi dan karirnya sebagai atlet dengan disiplin tinggi. Dia mengambil jurusan sejarah di King's College London sambil tetap berlatih dan berkompetisi.
Apa yang dilakukan Dina Asher-Smith di luar dunia atletik? Selain atletik, Asher-Smith aktif dalam kegiatan sosial dan menulis kolom di The Daily Telegraph untuk meningkatkan pamor atlet putri.
Bagaimana pengaruh Dina Asher-Smith terhadap atletik Inggris? Asher-Smith telah mengangkat pamor atletik Inggris ke level yang lebih tinggi dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama gadis-gadis yang bercita-cita menjadi atlet.
Apa rencana Dina Asher-Smith untuk masa depan? Asher-Smith terus fokus untuk meningkatkan performanya dan bersiap untuk Olimpiade Paris 2024, di mana dia berpeluang untuk meraih medali yang didambakannya.