
Tersembunyi di tengah gurun pasir Yordania, Petra menjadi salah satu keajaiban dunia yang paling menakjubkan. Kota kuno yang dipahat dari batu merah muda ini telah memikat hati para pengunjung selama berabad-abad. Diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Petra menyimpan misteri dan keindahan arsitektur yang sulit ditandingi, membuatnya menjadi tujuan wisata yang tak terlupakan.
Artikel ini akan mengulas sejarah menarik Petra, mulai dari kejayaannya sebagai pusat perdagangan Nabatean hingga penemuan kembalinya di era modern. Pembaca akan diajak menjelajahi lokasi geografis yang unik, arsitektur menakjubkan seperti Al-Khazneh atau The Treasury, serta sistem pengairan canggih yang memungkinkan kehidupan berkembang di tengah gurun. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas kehidupan sosial dan budaya masyarakat Petra, serta faktor-faktor yang menyebabkan redupnya kota ini.
Sejarah Kota Kuno Petra
Asal-usul Petra
Petra, kota kuno yang menakjubkan, didirikan lebih dari 2000 tahun yang lalu di sepanjang rute perdagangan kuno antara Arabia, Mesir, dan Laut Mediterania. Asal-usul Petra dimulai dengan sekelompok nomaden Arab yang dikenal sebagai suku Nabatean. Mereka awalnya hidup berpindah-pindah, menggembala unta, domba, dan kambing. Para pedagang nomaden ini menjadi sangat kaya dari perdagangan gurun, dan perlahan-lahan meninggalkan tenda kulit kambing mereka untuk membangun rumah-rumah dan monumen megah yang kemudian menjadi Petra.
Kerajaan Nabatean
Kerajaan Nabatean berkembang menjadi entitas politik yang kuat di wilayah Yordania modern antara abad ke-4 SM dan sekitar 106 M. Pada puncak kejayaannya, kekaisaran Nabatean mencakup wilayah Yordania, Israel, Mesir, Suriah, dan Arab Saudi bagian barat laut modern. Keterampilan bertahan hidup yang tajam dan pengetahuan mereka tentang gurun membantu orang-orang Nabatean menjadi pedagang yang sukses.
Mereka mendapatkan kendali atas rute perdagangan penting yang mengangkut rempah-rempah dan dupa dari Arabia ke Mesir dan Laut Mediterania. Nabatean mengendalikan rute perdagangan di sepanjang sebagian besar Jalan Dupa, yang membentang dari Arabia selatan melalui Petra ke Gaza. Mereka memungut biaya dari pedagang asing untuk melintasi wilayah mereka, dan semua keuntungan ini membantu membiayai negara Nabatean, termasuk ibu kota Petra yang spektakuler.
Masa Kejayaan Petra
Petra mencapai puncak kejayaannya pada abad pertama Masehi, ketika struktur Al-Khazneh yang terkenal dibangun, kemungkinan sebagai makam Raja Nabatean Aretas IV. Populasi kota ini mencapai puncaknya dengan perkiraan 20.000 penduduk. Petra menjadi metropolis di tengah gurun yang menyaingi kota-kota Yunani kuno yang hebat. Bahkan seorang influencer Yunani kuno memasukkan Petra dalam daftar kota yang wajib dikunjungi di wilayah Mediterania.
Orang-orang Nabatean memanfaatkan medan pegunungan di sekitar Petra dengan berbagai cara. Mereka menggunakan arsitektur yang dipahat dari batu untuk secara harfiah memahat kota ke dalam pegunungan. Medan pegunungan juga berfungsi sebagai dinding alami di sekitar Petra dari musuh dan memberikan perlindungan selama berabad-abad.
Sistem hidraulik canggih Petra menghubungkan kanal, tangki air, mata air, dan air mancur di seluruh kota. Orang-orang Nabatean ahli dalam bertahan hidup di gurun karena mereka tahu cara mengumpulkan dan mendistribusikan air. Sistem saluran yang dipahat dari batu dan pipa air bawah tanah yang mengesankan mengalirkan air dari mata air permanen dan aliran musiman.
Lokasi dan Geografi Petra
Letak Strategis
Petra terletak di antara Laut Merah dan Laut Mati, menjadikannya pusat perdagangan yang penting pada masa Helenistik dan Romawi. Kota ini menjadi titik pertemuan rute kafilah yang membawa dupa dari Arabia, sutra dari Cina, dan rempah-rempah dari India. Posisinya yang strategis membuatnya menjadi persimpangan antara Arabia, Mesir, dan Suriah-Fenisia. Petra berada di wilayah pegunungan Jabal Al-Madbah, di sebuah cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan yang membentuk sisi timur lembah Arabah.
Topografi Unik
Petra memiliki topografi yang unik, dengan bangunan-bangunan yang setengah dibangun dan setengah dipahat ke dalam batu. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang dipenuhi dengan lorong-lorong dan jurang. Terletak pada ketinggian 810 meter di atas permukaan laut, Petra menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Keunikan topografi ini memungkinkan orang-orang Nabatean untuk membangun sistem manajemen air yang canggih, yang memungkinkan pemukiman yang luas di daerah yang pada dasarnya gersang selama periode Nabatean, Romawi, dan Bizantium.
Iklim Gurun
Petra memiliki iklim gurun kering atau iklim stepa menurut klasifikasi iklim Köppen. Meskipun demikian, lokasinya berada di dekat pertemuan dua atau tiga tipe iklim yang berbeda. Suhu rata-rata tahunan di Petra adalah 15,5°C, dengan curah hujan tahunan sekitar 193 mm.
Musim panas di Petra dapat dimulai sejak pertengahan Mei hingga awal September. Suhu rata-rata selama bulan Juni dan Juli sekitar 31°C, mencapai puncaknya pada bulan Agustus dengan suhu rata-rata harian 34,7°C. Namun, suhu maksimum di daerah ini tidak pernah melebihi 44°C.
Musim dingin di Petra relatif dingin namun kering, dengan suhu rata-rata sekitar 14,5°C dan suhu minimum rata-rata 2,5°C. Musim ini memiliki jam sinar matahari paling sedikit dalam setahun, dengan rata-rata 7,3 jam sinar matahari per hari.
Musim semi dan musim gugur menjadi masa peralihan dengan perubahan suhu yang gradual. Pada musim semi, suhu rata-rata mulai naik menjadi 18°C, sementara musim gugur membawa penurunan suhu hingga 29°C.
Sistem manajemen air yang canggih yang dikembangkan oleh orang-orang Nabatean memungkinkan mereka untuk mengendalikan pasokan air di kota gurun ini, menciptakan oasis buatan. Mereka menggunakan bendungan, tangki air, dan saluran air untuk mengendalikan banjir bandang dan menyimpan air untuk periode kekeringan yang berkepanjangan.
Arsitektur Menakjubkan Petra
Gaya Arsitektur
Arsitektur Petra mencerminkan perpaduan unik antara gaya Helenistik dan pengaruh budaya lokal Nabatean. Kota kuno ini dibangun pada masa Kekaisaran Helenistik dan Romawi oleh orang-orang Arab Nabatean, dengan banyak struktur yang menunjukkan pengaruh arsitek Yunani. Gaya Helenistik terlihat jelas pada fasad-fasad makam di Petra, mencerminkan keragaman budaya yang berinteraksi dengan Nabatean melalui perdagangan.
Salah satu contoh terbaik arsitektur Helenistik di Petra adalah Al-Khazneh atau "Perbendaharaan". Struktur ini memiliki lebar 25,30 meter dan tinggi 39,1 meter, dengan fasad yang menampilkan pedimen patah dan tholos sentral di dalamnya. Bagian atas dihiasi dengan dua patung kemenangan yang berdiri di kedua sisi sosok wanita, dipercaya sebagai Isis-Tyche, perpaduan dewi keberuntungan Mesir dan Yunani.
Bangunan Ikonik
Al-Khazneh merupakan struktur paling terkenal di Petra. Dipahat langsung ke dalam batu pasir merah muda Gunung Jabal Al-Madbah, bangunan ini menghadap ke sebuah lembah. Diperkirakan dibangun pada abad pertama Masehi untuk Raja Nabatean Aretas IV, Al-Khazneh menampilkan kolom-kolom bergaya Korintus yang menciptakan pintu masuk yang dramatis.
Bangunan ikonik lainnya adalah Biara Petra, yang merupakan monumen terbesar di kota ini dengan tinggi 45 meter dan lebar 50 meter. Fasadnya juga menampilkan pedimen patah dan tholos sentral, serupa dengan Al-Khazneh, namun dengan sentuhan Nabatean yang lebih kuat.
Makam-makam Kerajaan Petra juga menunjukkan arsitektur Helenistik versi Nabatean. Makam Istana diyakini sebagai makam para raja Petra, sementara Makam Korintus menampilkan arsitektur serupa dengan Al-Khazneh. Makam Sutra dan Makam Guci melengkapi kompleks makam kerajaan ini, dengan Makam Guci yang memiliki halaman luas di depannya dan pernah diubah menjadi gereja pada tahun 446 M.
Teknik Konstruksi
Orang-orang Nabatean mengembangkan teknik konstruksi yang canggih untuk membangun kota mereka. Mereka memanfaatkan bahan bangunan lokal, terutama batu pasir, dan menyempurnakan pengetahuan teknis mereka untuk menyesuaikan dengan sifat-sifat material tersebut.
Teknik pahat batu menjadi ciri khas arsitektur Petra. Banyak struktur, termasuk Al-Khazneh, dipahat langsung dari batuan dasar gunung. Nabatean juga mengembangkan teknik anti-gempa dengan menggunakan blok kayu juniper yang ditempatkan di antara blok-blok batu, memungkinkan pergerakan selama gempa bumi.
Dekorasi elaborat juga menjadi ciri khas arsitektur Nabatean. Mereka menghiasi struktur-struktur mereka dengan ukiran dan patung-patung yang rumit. Teknik pengerjaan batu asli dan prosedur untuk memahat fasad monumen batu telah dipelajari untuk menentukan alat-alat yang digunakan oleh para pembangun, serta perangkat pengangkat yang diperlukan untuk konstruksi bangunan yang berdiri bebas.
Studi tentang teknik konstruksi Nabatean telah mengungkapkan sumber-sumber teknik bangunan yang digunakan di Petra dan mengapa teknik-teknik tersebut dikembangkan lebih lanjut di sana. Pengetahuan ini penting untuk prosedur persiapan perbaikan yang sukses dan memberikan panduan bagi arsitek, surveyor, dan pengrajin yang terlibat dalam konservasi struktur Petra.
Sistem Pengairan Canggih
Sistem pengairan canggih Petra merupakan bukti keahlian teknik hidraulik Nabatean yang luar biasa. Analisis sistem menunjukkan pemanfaatan semua sumber daya air yang memungkinkan dengan menggunakan teknik manajemen yang menyeimbangkan kapasitas penyimpanan reservoir dengan sistem pipa aliran kontinu untuk mempertahankan pasokan air yang konstan sepanjang musim basah dan kering dalam setahun.
Bendungan dan Reservoir
Bendungan penyimpanan yang dibangun melintasi berbagai wadi yang memotong pusat kota berfungsi untuk mengurangi masuknya air banjir ke kota. Sekaligus, rembesan dari bendungan ini mengisi ulang muka air tanah sehingga memungkinkan penggunaan sumur selama masa kekeringan yang berkepanjangan. Jaringan rumit saluran air, bendungan, teras, tangki air, dan reservoir telah didokumentasikan di seluruh kota dan sekitarnya, memungkinkan perhitungan laju aliran, kapasitas pasokan, dan area tangkapan air.
Saluran Air
Saluran air utama Petra adalah pipa Siq yang menakjubkan. Dengan meningkatnya kebutuhan air seiring pertambahan populasi pada abad-abad awal Masehi, perpanjangan pipa sepanjang sekitar 1 km di sisi utara (Outer Siq) memperluas utilitas sistem pipa Siq untuk memasok air minum ke jangkauan yang lebih jauh dari pusat kota Petra. Sistem pipa Wadi Mataha dibangun pada sudut kritis untuk mendukung laju aliran maksimum dari reservoir.
Teknologi Konservasi Air
Penemuan terbaru menunjukkan inovasi teknik hidraulik yang belum pernah dilaporkan sebelumnya dalam literatur. Cabang pipa Ain Braq menampilkan segmen pipa cabang yang mengarah ke cekungan pengumpulan air yang berdekatan dan terhubung ke saluran pasokan air utama. Desain ini menghilangkan lonjakan air hulu yang timbul dari ketidakstabilan aliran hilir di dua pipa curam yang mengarah ke sektor pemukiman Petra.
Sistem pengairan Petra mencerminkan peminjaman artistik, budaya, dan teknologi dari peradaban Seleucid, Syro-Phoenician, Yunani, Romawi, dan Timur melalui asosiasi rute perdagangan. Sistem distribusi air Petra menunjukkan indikasi teknologi hidraulik yang berasal dari kontak-kontak ini serta inovasi teknis orisinal yang membantu mempertahankan standar hidup tinggi penduduk kota selama berabad-abad.
Keahlian rekayasa yang tinggi dalam desain sistem hidraulik ini memastikan pasokan air yang stabil dan dapat dianggap sebagai alasan utama di balik kehidupan kota yang berkembang selama berabad-abad.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Masyarakat Nabatean
Masyarakat Nabatean memiliki struktur sosial yang kuat dengan hubungan keluarga yang erat. Hal ini tercermin dalam kebiasaan mereka untuk mencantumkan silsilah keluarga sebagai bagian dari penamaan. Pernikahan antar budaya juga umum terjadi, dengan banyak contoh orang Nabatean menikahi wanita non-Nabatean, dan sebaliknya.
Menurut Strabo, masyarakat Nabatean memiliki sedikit budak atau pelayan di Petra. Namun, di Egra, terdapat berbagai jenis nama budak seperti 'Amat, 'Aphityu, Hana, dan Zabin. Menariknya, sekitar 60% makam di Egra dimiliki oleh kelas atas, menunjukkan adanya stratifikasi sosial yang jelas.
Kepercayaan dan Ritual
Dushara adalah dewa utama yang disembah di Petra dan menjadi dewa resmi Kerajaan Nabatean. Nama Dushara berasal dari bahasa Arab "Dhu ash-Shara" yang berarti "yang dari Shara", merujuk pada pegunungan di tenggara Petra. Elang menjadi salah satu simbol Dushara dan sering digunakan di Hegra sebagai perlindungan makam dari pencurian.
Al-'Uzza dianggap sebagai pasangan Dushara di Petra. Kuil Singa Bersayap diyakini dipersembahkan untuk Al-'Uzza berdasarkan asumsi bahwa jika pasangan ilahi Petra adalah Dushara dan Al-'Uzza, dan kuil Qasr al Binti didedikasikan untuk Dushara, maka kuil besar lainnya pasti milik Al-'Uzza.
Ritual pengorbanan hewan umum dilakukan. Porphyry dalam De Abstenentia menyebutkan bahwa di Dumah, seorang anak dikorbankan setiap tahun dan dikubur di bawah altar. Namun, praktik ini masih diperdebatkan karena kurangnya bukti untuk seluruh wilayah Nabatean.
Seni dan Kerajinan
Keramik Nabatean menunjukkan keahlian tinggi dalam pembuatan tembikar. Tembikar biasa mereka sederhana dan mirip dengan tembikar peradaban sekitarnya, dengan ciri khas penggunaan tanah liat merah. Namun, tembikar halus tipis Nabatean dianggap sebagai keramik terbaik yang diproduksi di Timur Tengah pada masa itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa selera mereka dalam tembikar halus mungkin dipengaruhi oleh barang impor dari Cina.
Pedagang Nabatean bepergian luas, memiliki kontak dengan peradaban Eropa, Mesir, Afrika, Mesopotamia, Yaman Selatan, Persia, India, dan bahkan Cina. Koneksi ini membuka pintu ke dunia yang lebih luas, mendorong peminjaman elemen gaya hidup yang mengesankan. Meskipun mengadopsi banyak pengaruh luar, orang-orang Nabatean tetap mempertahankan tingkat kemandirian politik yang tinggi dan lebih bebas daripada banyak masyarakat tetangga untuk menafsirkan elemen luar dengan cara yang khas Nabatean.
Redupnya Kejayaan Petra
Invasi Romawi
Kejayaan Petra mulai memudar ketika Kekaisaran Romawi yang kuat meluas ke Timur Tengah. Pada tahun 106 M, Kekaisaran Romawi mengambil alih kendali atas ibu kota Nabatean. Meskipun pengambilalihan Romawi tampaknya berlangsung damai dan kehidupan di Petra berlanjut tanpa banyak perubahan, kekuasaan Romawi meninggalkan jejak yang tak terlupakan di kota kuno ini.
Gaya khas Romawi dapat dilihat di seluruh Petra, dalam monumen, patung, ruang publik, dan bahkan dalam desain kota. Romawi membangun jalan-jalan baru, seperti Jalan Berkolom yang mengesankan yang melintasi pusat Petra. Jalan panjang dan lurus ini, yang diapit oleh kolom-kolom besar, sangat berbeda dari bagian lain kota. Romawi memerintah Petra selama 300 tahun berikutnya, mengikat nasib kota kuno ini dengan kekaisaran.
Pergeseran Rute Perdagangan
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada kemunduran Petra adalah pergeseran rute perdagangan. Seiring waktu, Kekaisaran Romawi memindahkan pusat perdagangan ke utara. Kekaisaran juga beralih ke pengiriman melalui laut untuk sebagian besar perdagangannya. Akibatnya, pentingnya Petra dalam dunia kuno mulai memudar.
Pergeseran rute perdagangan ini terjadi karena aneksasi Romawi dan perubahan rute laut dunia kuno. Sebagai kota yang berkembang pesat berkat posisinya yang strategis di jalur perdagangan, perubahan ini berdampak signifikan terhadap ekonomi dan kemakmuran Petra.
Bencana Alam
Petra juga mengalami beberapa bencana alam yang berkontribusi pada kemundurannya. Pada tahun 363 M, gempa bumi besar menghancurkan banyak bangunan kota dan sistem pasokan airnya. Bencana alam ini menandai titik balik bagi orang-orang Nabatean.
Selain gempa bumi, Petra juga rentan terhadap banjir bandang. Meskipun tidak terkait langsung dengan kemundurannya pada masa kuno, banjir bandang tetap menjadi ancaman bagi situs bersejarah ini hingga saat ini. Pada tahun 1996, banjir bandang besar terjadi di Petra, menewaskan 3 orang dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Akibat dari berbagai faktor ini, pada tahun 700 M, hanya sedikit orang yang tinggal di dan sekitar Petra. Seiring berjalannya waktu, kota ini hilang dari dunia luar. Meskipun demikian, warisan arsitektur dan sejarah Petra yang luar biasa tetap bertahan, menjadikannya salah satu situs arkeologi paling menakjubkan di dunia hingga saat ini.
Penemuan Kembali Petra
Ekspedisi Johann Ludwig Burckhardt
Petra, kota kuno yang hilang, kembali muncul pada 22 Agustus 1812 berkat seorang penjelajah Swiss berusia 27 tahun bernama Johann Ludwig Burckhardt. Lahir pada tahun 1784 dari keluarga kaya di Basel, Burckhardt lebih dikenal dengan nama Louis dan berbahasa utama Prancis.
Ambisi besar Burckhardt adalah menemukan sumber Sungai Niger. Pada tahun 1809, ia mendapatkan dukungan dari Sir Joseph Banks, presiden Royal Society, untuk melakukan perjalanan melintasi Sahara dari Kairo. Burckhardt kemudian belajar bahasa Arab di Cambridge agar bisa menyamar sebagai seorang Muslim.
Dalam perjalanannya dari Nazareth ke Kairo, Burckhardt mendengar tentang reruntuhan di lembah pegunungan sempit dekat makam yang diyakini sebagai makam Harun, saudara Musa. Dengan alasan ingin mempersembahkan kambing untuk Harun, Burckhardt menyewa pemandu lokal untuk membawanya ke reruntuhan tersebut.
Burckhardt terkesima melihat makam-makam kuno yang megah dan sisa-sisa kuil Romawi. Ia yakin bahwa tempat itu adalah Petra, namun tidak bisa berlama-lama karena takut terbongkar penyamarannya sebagai orang kafir yang mencari harta karun. Setelah mempersembahkan kambing untuk Harun, ia kembali ke jalan menuju Kairo.
Ekskavasi Arkeologis
Setelah penemuan Burckhardt, Petra mulai menarik perhatian para penjelajah dan peneliti Eropa lainnya. Pada awal abad ke-20, ekspedisi arkeologi mulai dilakukan secara serius. Sintesis pertama tentang Petra diterbitkan oleh Libbey dan Hoskins pada tahun 1905, menyajikan salah satu gambaran umum pertama dalam bentuk cetak.
Ekspedisi ilmiah pertama diterbitkan dalam "Arabia Petraea" pada tahun 1907 oleh A. Musil. Pada tahun 1920-an, R. E. Brunnow dan A. von Domaszewski melakukan survei situs dan menerbitkan proyek pemetaan ambisius dalam "Die Provincia Arabia" mereka. Survei ini telah mengalami banyak revisi yang diperlukan, dengan yang terbaru diterbitkan oleh Judith McKenzie pada tahun 1990.
Penelitian Modern
Ekskavasi modern terus meningkatkan pemahaman kita tentang situs ini dan memperbaiki pekerjaan para sarjana terdahulu. Pada tahun 1958, P. J. Parr dan C. M. Bennett dari British School of Archaeology memulai ekskavasi pusat kota yang hingga saat ini masih menjadi yang paling informatif dan ilmiah.
Baru-baru ini, Proyek Petra/Jerash, yang dilakukan oleh Departemen Antik Yordania, Universitas Yordania, Universitas Utah, dan arkeolog Swiss, telah menggali sejumlah monumen di kedua situs ini.
Meskipun Petra telah menjadi situs arkeologi terkenal di dunia, hanya lima persen dari kota ini yang telah terungkap, dan masih banyak misteri yang tersisa. Para arkeolog terus berupaya mengungkap kehidupan masyarakat Nabatean yang pernah tinggal di kota yang berkembang pesat ini lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Petra terus menarik minat para peneliti dan wisatawan. Pada tahun 2019, situs ini dikunjungi oleh 1,1 juta wisatawan, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2023. Penemuan kembali Petra telah membuka jendela ke masa lalu yang menakjubkan, memungkinkan kita untuk mempelajari dan mengagumi warisan budaya yang luar biasa ini.
Kesimpulan
Petra, kota kuno yang mengagumkan, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah peradaban manusia. Terletak di tengah gurun Yordania, kota ini memiliki pengaruh besar pada perdagangan dan budaya di masa lalu. Arsitektur menakjubkan dan sistem pengairan canggih yang dikembangkan oleh orang-orang Nabatean menunjukkan keahlian dan inovasi mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan yang keras.
Meskipun kejayaannya telah memudar, penemuan kembali Petra membuka jendela ke masa lalu yang luar biasa. Situs ini terus memikat para peneliti dan pengunjung dari seluruh dunia, memberikan wawasan berharga tentang kehidupan dan budaya masyarakat kuno. Warisan Petra yang bertahan hingga saat ini berfungsi sebagai pengingat akan prestasi luar biasa peradaban masa lalu dan mendorong kita untuk menghargai serta melestarikan sejarah yang kaya ini.
FAQS
Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Petra?
Waktu kunjungan resmi Petra bervariasi tergantung musim. Pada musim panas, situs ini biasanya buka dari pukul 06.00 hingga 18.00, sementara pada musim dingin dari pukul 06.00 hingga 16.00. Untuk menghindari keramaian, disarankan untuk berkunjung di luar musim puncak atau pada musim peralihan. Akhir November merupakan waktu yang baik karena tidak terlalu ramai dan cuaca lebih sejuk. Memulai hari lebih awal juga dapat membantu menghindari kerumunan wisatawan.
Apa yang perlu dibawa saat mengunjungi Petra?
Penting untuk membawa air minum yang cukup, meskipun tersedia penjual minuman di dalam Petra. Tabir surya juga sangat diperlukan karena sebagian besar area terbuka dan minim naungan. Disarankan juga untuk membawa camilan jika tidak ingin makan di kafe-kafe setempat.
Apakah ada fasilitas toilet di Petra?
Ya, terdapat fasilitas toilet yang baik di dalam Petra. Biasanya, pengunjung memberikan tip kecil kepada petugas yang menjaga kebersihan fasilitas.
Apakah diizinkan mengambil foto di Petra?
Fotografi diperbolehkan di Petra dan merupakan aspek populer dari kunjungan ke situs terkenal ini.
Bagaimana dengan pembayaran di dalam Petra?
Meskipun beberapa restoran dan kafe mungkin menerima kartu kredit, pembelian dari pedagang Badui atau perjalanan dengan kereta kuda, keledai, atau unta harus dibayar tunai. Tawar-menawar juga diharapkan saat melakukan pembelian.
Apakah Petra aman untuk dikunjungi?
Yordania dikenal dengan keramahan penduduknya, menjadikan negara ini tidak hanya aman untuk dikunjungi, tetapi juga sangat menyambut wisatawan.
Bagaimana dengan transportasi di Yordania?
Sebagian besar pengunjung Yordania bepergian dengan mobil - baik menyewa mobil sendiri atau menyewa mobil dengan sopir. Transportasi umum di Yordania cenderung tidak dapat diandalkan dan tidak ada layanan kereta api.
Apakah diperlukan panduan lokal saat mengunjungi Petra?
Di Amman dan area wisata seperti Petra, banyak orang berbicasa bahasa Inggris meskipun terbatas. Namun, jika bepergian ke tempat-tempat terpencil, disarankan untuk menyewa pemandu lokal.
Apa makanan khas yang harus dicoba di Yordania?
Mansaf, hidangan nasional yang terbuat dari daging domba, yoghurt, dan nasi, adalah makanan yang wajib dicoba. Falafel dan hummus juga mudah ditemukan. Pastikan untuk mencicipi campuran herbal za'atar yang ditaburkan pada keju labneh, roti, yoghurt, atau digunakan sebagai bumbu daging.